The White Lotus Season 3, Lebih Gila, Lebih Nagih! Apa yang Bikin Kita Gak Bisa Berhenti Nonton?
Rabu, 9 April 2025 oleh aisyiyah
The White Lotus (Season 3): Lagi-lagi Bikin Nagih
Sinopsis:
Musim ketiga The White Lotus membawa kita pada sekelompok individu yang dipersatukan oleh satu benang merah: keresahan. Ambil contoh keluarga Ratliff, di mana sang kepala keluarga menjadi pusat kegelisahan.
Timothy (Jason Isaacs), seorang pria yang luar biasa kaya dan berkuasa, hadir dengan segala kemewahannya bersama sang istri yang selalu mabuk, Victoria (Parker Posey), dan ketiga anak mereka: Piper (Sarah Catherine Hook), Saxon (Patrick Schwarzenegger), dan Lochlan (Sam Nivola). Ketika Timothy mendapat kabar bahwa FBI sedang mengincarnya dan mengancam kebangkrutan keluarganya, ia pun memutar otak mencari jalan keluar.
Di sisi lain, ada trio sahabat, Laurie (Carrie Coon), Kate (Leslie Bibb), dan Jaclyn (Michelle Monaghan). Sekilas, mereka tampak jauh dari kata resah. Jaclyn adalah artis terkenal, Kate seorang sosialita kaya dari Texas, dan Laurie pengacara di New York. Namun, di balik permukaan yang glamor, dinamika persahabatan mereka ternyata lebih beracun daripada udara Chernobyl. Perhatikan bagaimana interaksi mereka berubah ketika salah satu dari mereka meninggalkan grup.
Sementara itu, Rick Hatchett (Walton Goggins) berlibur ke resor White Lotus bersama pacarnya, Chelsea (Amy Lou Wood), dengan tujuan yang berbeda. Namun, sejak awal kedatangannya, Rick justru gelisah. Fasilitas mewah hotel pun tak mampu membuatnya tenang. Usaha Chelsea untuk menenangkan sang pacar dengan mengajak teman baru, Chloe (Charlotte Le Bon) dan Gary (Jon Gries), juga tak membuahkan hasil.
Semua karakter ini kemudian bertemu dengan para staf hotel yang juga punya drama mereka sendiri, termasuk Gaitok (Tayme Thapthimthong) dan Mook (Lalisa Manobal, sang member Blackpink yang tersohor itu). Jangan lupakan Belinda (Natasha Rothwell) dari The White Lotus musim pertama yang kini berada di Thailand untuk belajar pijat. Pertemuan mereka akan melahirkan drama yang tak terlupakan.
Review:
Memasuki musim ketiga, antologi HBO yang populer ini telah memiliki formula khasnya: misteri kematian di awal, diikuti parade tragedi dan drama yang membuat penonton terus menebak-nebak. Meski mulai terprediksi, resep ini tetap efektif membuat penonton betah hingga episode terakhir. Pola yang berulang pun terasa mudah dimaafkan berkat kepiawaian Mike White, sang penulis sekaligus sutradara, dalam menciptakan karakter-karakter yang sulit diabaikan.
Salah satu aspek paling menarik dari The White Lotus musim ketiga adalah bagaimana Mike White mengeksplorasi hubungan manusia dengan Tuhan melalui perjalanan rumit karakter-karakternya. Berbeda dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang mewarisi kepercayaan dari keluarga, karakter-karakter di The White Lotus (baca: orang Amerika) digambarkan sebagai individu yang terus mencari Tuhan.
Mereka mencoba berbagai cara untuk menemukan ketenangan: foya-foya, memendam dendam, bergonta-ganti pasangan, hingga menggunakan narkoba. Namun, semua itu gagal. Bahkan karakter yang awalnya datang ke Thailand untuk mengabdi kepada Tuhan pun akhirnya berpaling. Di sisi lain, ada juga karakter yang justru menyadari bahwa ketenangan sejati berasal dari hubungan yang sehat dengan Sang Pencipta.
Bagi penyuka serial penuh aksi dan gebuk-gebukan, The White Lotus mungkin terasa membosankan. Banyak komentar yang menyebut empat episode pertama hanya berisi karakter yang duduk dan mengobrol. Tapi bagi Anda yang suka "mengghibah", serial ini adalah santapan yang lezat.
Ambil contoh trio Kate-Jaclyn-Laurie. Hampir semua adegan mereka memang pasif, hanya duduk dan mengobrol. Namun, isi obrolan mereka sungguh menarik. Setiap episode, kita disuguhi dinamika persahabatan mereka yang naik turun, siapa yang berada di posisi terbawah, dan siapa yang menjadi provokator. Sensasi menontonnya seperti sedang bergosip dengan teman, inilah yang membuat The White Lotus begitu adiktif.
Bukan The White Lotus namanya jika tak menyajikan plot twist yang mengejutkan. Di musim ketiga ini, ada plot inses yang membuat banyak orang tercengang. Meski bukan hal baru bagi HBO (ingat Game of Thrones), mengingat setting The White Lotus yang modern dan fakta bahwa karakter yang melakukan inses adalah laki-laki, plot ini terasa vulgar sekaligus seru.
Setelah delapan episode penuh teka-teki dan tarik-ulur antar karakter, Mike White mengeluarkan kartu asnya di momen-momen terakhir. Jawaban atas misteri kematian di musim ini tak hanya menyayat hati, tapi juga sejalan dengan tesis serial ini tentang karma. Seperti kata seorang biksu di episode 7, "Kekerasan, agresi, dan kemarahan berasal dari satu sumber: ketakutan. Satu-satunya cara terbaik adalah duduk bersama perasaanmu. Kekerasan merusak secara spiritual, baik bagi korban maupun pelaku."
Kekerasan tak pernah menyelesaikan masalah. Yang tersisa hanyalah trauma baru. Bahkan karakter yang mungkin mendapat keuntungan dari kekerasan pun tetap terluka. Ia tak akan seutuhnya seperti sebelumnya. Tapi tampaknya ini bukan masalah bagi The White Lotus. Mike White selalu bisa mengeksploitasi hal ini menjadi hiburan bagi kita semua.
Dan sekali lagi, saya tak sabar menantikan kisah turis-turis "gila" lainnya di musim berikutnya.