Temukan Strategi Hadapi Petaka PHK di Mana,mana, Berapa Jumlah Tabungan Ideal yang Harus Ada? agar tetap tenang finansial
Selasa, 13 Mei 2025 oleh aisyiyah
PHK Mengintai: Berapa Dana Darurat yang Ideal?
Kabar kurang sedap terus menghantui dunia kerja di Indonesia: Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Di tengah ketidakpastian ekonomi global seperti sekarang, memiliki strategi keuangan yang matang menjadi sangat krusial. Bayangkan, kehilangan pekerjaan tanpa persiapan finansial yang cukup, tentu akan sangat memberatkan.
Data terbaru dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menunjukkan bahwa dari Januari hingga 23 April 2025, sudah tercatat 24.036 kasus PHK. Jawa Tengah menjadi provinsi dengan angka PHK tertinggi, mencapai 10.692 orang, disusul DKI Jakarta dengan 4.649 orang. Angka ini tentu menjadi alarm bagi kita semua untuk lebih waspada dan mempersiapkan diri.
Salah satu cara paling efektif untuk menghadapi ancaman PHK adalah dengan memiliki tabungan atau dana darurat yang memadai. Dana ini akan menjadi "bantalan" finansial sementara kita mencari pekerjaan baru.
Berapa Jumlah Ideal Dana Darurat?
Menurut Tejasari, seorang Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, persiapan finansial itu hukumnya wajib. Langkah pertama adalah menghitung pengeluaran rutin bulanan, termasuk cicilan utang. "Misalnya, total pengeluaran bulanan Anda Rp 5 juta. Idealnya, Anda memiliki dana darurat minimal tiga kali lipat dari pengeluaran bulanan tersebut," jelas Tejasari. Dengan begitu, Anda memiliki waktu sekitar tiga bulan untuk mencari pekerjaan baru tanpa harus panik soal keuangan. Namun, semakin besar dana darurat yang Anda miliki, tentu akan semakin baik dan menenangkan.
Tejasari menambahkan, memiliki dana darurat enam kali lipat dari pengeluaran bulanan akan jauh lebih baik. "Dengan dana yang lebih besar, Anda memiliki lebih banyak waktu untuk mencari pekerjaan yang benar-benar sesuai dengan minat dan keahlian Anda, bukan sekadar 'asal dapat' pekerjaan," ujarnya.
Jadi, berapa tabungan ideal yang harus Anda miliki? Jawabannya sangat bergantung pada kebutuhan dan gaya hidup Anda. Apakah tiga kali pengeluaran bulanan sudah cukup? Atau Anda merasa lebih aman dengan enam kali pengeluaran? Semuanya kembali pada preferensi dan perhitungan Anda.
Tips Mengelola Keuangan di Tengah Ancaman PHK
Dalam situasi maraknya PHK, Tejasari menekankan pentingnya berhemat. Terutama jika dana darurat Anda belum mencapai target yang ideal. "Hemat itu wajib hukumnya, kalau dana darurat belum mencukupi," tegasnya.
Pengeluaran yang tidak rutin, seperti shopping, nongkrong, langganan streaming, dan hiburan lainnya, bisa menjadi pos yang diefisiensikan. Bahkan, pengeluaran untuk makan dan transportasi pun bisa dihemat.
Yuk, simak beberapa tips praktis yang bisa kamu lakukan untuk memperkuat kondisi finansialmu di tengah ancaman PHK:
1. Hitung Pengeluaran Bulanan dengan Cermat - Langkah pertama adalah mengetahui dengan pasti berapa uang yang kamu keluarkan setiap bulan. Catat semua pengeluaran, mulai dari yang besar seperti cicilan rumah, hingga yang kecil seperti kopi di pagi hari. Dengan begitu, kamu bisa melihat pos mana yang bisa diefisiensikan.
Contoh: Gunakan aplikasi pencatat keuangan atau buat catatan manual di buku. Kategorikan pengeluaranmu (misalnya: makanan, transportasi, hiburan) agar lebih mudah dianalisis.
2. Buat Anggaran dan Disiplin dalam Melaksanakannya - Setelah mengetahui pengeluaran bulanan, buatlah anggaran yang realistis. Alokasikan dana untuk kebutuhan pokok, tabungan, dan dana darurat. Usahakan untuk tidak melampaui anggaran yang sudah dibuat.
Contoh: Jika kamu biasanya menghabiskan Rp 500.000 untuk makan di luar setiap bulan, coba kurangi menjadi Rp 300.000 dan alihkan sisanya ke dana darurat.
3. Kurangi Pengeluaran yang Tidak Penting - Identifikasi pengeluaran yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Misalnya, langganan streaming yang jarang ditonton, shopping impulsif, atau makan di restoran mewah setiap minggu. Dengan mengurangi pengeluaran-pengeluaran ini, kamu bisa menghemat banyak uang.
Contoh: Batalkan langganan streaming yang tidak terpakai dan alihkan dana tersebut ke dana darurat. Masak sendiri di rumah daripada makan di luar.
4. Cari Penghasilan Tambahan - Selain berhemat, kamu juga bisa meningkatkan pendapatan dengan mencari penghasilan tambahan. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, seperti menjadi freelancer, berjualan online, atau memberikan les privat.
Contoh: Jika kamu punya keahlian menulis, tawarkan jasa penulisan artikel online. Atau, jika kamu pandai memasak, jual makanan secara online.
Berapa idealnya dana darurat yang harus dimiliki, menurut Bapak Budi?
Menurut Bapak Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, "Idealnya, dana darurat itu minimal 3-6 kali pengeluaran bulanan. Lebih banyak lebih baik, karena memberikan rasa aman dan fleksibilitas dalam menghadapi situasi tak terduga."
Bagaimana cara menghitung pengeluaran bulanan yang akurat, menurut Ibu Susi?
Ibu Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, menyarankan, "Catat setiap pengeluaran, sekecil apapun. Gunakan aplikasi keuangan atau buku catatan. Kategorikan pengeluaran agar lebih mudah dianalisis. Jangan lupa masukkan cicilan utang dan biaya-biaya rutin lainnya."
Pos pengeluaran apa saja yang bisa dihemat, menurut Mas Joko?
Menurut Kaesang Pangarep, pengusaha muda, "Banyak! Kurangi nongkrong, batasi shopping impulsif, masak sendiri daripada makan di luar, cari alternatif transportasi yang lebih murah. Intinya, evaluasi setiap pengeluaran dan tanyakan pada diri sendiri: 'Apakah ini benar-benar penting?'"
Apa yang harus dilakukan jika sudah terlanjur terkena PHK dan dana darurat belum mencukupi, menurut Mbak Ani?
Menurut Najwa Shihab, jurnalis, "Jangan panik! Segera cari informasi lowongan kerja, manfaatkan jaringan pertemanan, dan pertimbangkan pekerjaan paruh waktu atau freelance. Sementara itu, komunikasikan kondisi keuanganmu dengan keluarga dan cari bantuan jika memungkinkan."
Bagaimana cara memulai investasi kecil-kecilan untuk menambah dana darurat, menurut Pak Herman?
Menurut Raditya Dika, penulis dan komedian, "Investasi itu penting, tapi jangan langsung yang ribet. Mulai dari reksadana pasar uang atau deposito. Pelajari dulu dasar-dasarnya, jangan ikut-ikutan tren. Yang penting, konsisten menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan untuk investasi."