Temukan Mengapa Dolar AS Terus Ditekan, Malaysia Memimpin di Asia, Siapakah Selanjutnya?
Jumat, 16 Mei 2025 oleh aisyiyah
Dolar AS Terombang-ambing: Ringgit Malaysia Unggul di Asia!
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat goyah, nilai tukar beberapa mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Salah satu pemicunya adalah harapan baru terkait hubungan dagang antara AS dan China.
Sebelumnya, AS dan China sepakat untuk menangguhkan sementara penerapan tarif selama 90 hari ke depan. Kesepakatan ini, yang juga melibatkan penurunan bea timbal balik, memberikan angin segar bagi para investor. Mereka berharap, perang dagang yang lebih besar dapat dihindari.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengungkapkan bahwa pertemuan dengan pejabat China di Jenewa menghasilkan pernyataan bersama yang mencakup penurunan tarif sebesar 115 poin persentase. Pertemuan ini menjadi momen penting karena merupakan interaksi tatap muka pertama sejak Presiden Trump menerapkan kebijakan tarif agresif terhadap China.
Pihak AS meyakinkan bahwa negosiasi akan berlanjut dengan semangat positif, menegaskan bahwa kedua negara tidak ingin terjadi perpecahan ekonomi. Hal ini memicu optimisme bahwa dampak tarif tidak akan terlalu merugikan, sehingga pasar secara keseluruhan merasa lebih tenang.
Namun, penting untuk diingat bahwa situasi belum sepenuhnya normal. Tarif dasar 10% masih berlaku, jeda 90 hari masih berjalan, dan ketidakpastian seputar tarif final serta dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global dan kebijakan bank sentral tetap menjadi perhatian utama, menurut Jane Foley, Kepala Strategi Valas di Rabobank.
Performa Mata Uang Asia: Campur Aduk
Data dari Refinitiv menunjukkan bahwa performa mata uang Asia terhadap dolar AS bervariasi selama periode 9-13 Mei 2025. Beberapa mata uang menguat, sementara yang lain melemah.
Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia Research, sekitar lima mata uang berhasil mencatatkan penguatan, yaitu tenge Kazakhstan, yuan China, dram Armenian, afghani Afghanistan, dan lari Georgian. Tenge Kazakhstan mencatat apresiasi tertinggi, yaitu sebesar 1,42%.
Namun, beberapa mata uang lainnya justru mengalami depresiasi. Won Korea Selatan dan yen Jepang tertekan masing-masing sebesar 1,49% dan 1,47%.
Pada Rabu pagi (14 Mei 2025) pukul 10:18 WIB, hanya dolar Taiwan, yen Jepang, dan ringgit Malaysia yang menunjukkan penguatan terhadap dolar AS, masing-masing sebesar 0,39%, 0,23%, dan 0,19%. Ringgit Malaysia tampak menjadi yang terdepan di kawasan Asia saat itu.
Nilai tukar mata uang bisa naik turun, tapi jangan panik! Dengan strategi yang tepat, kita bisa tetap tenang dan menjaga keuangan tetap stabil. Berikut beberapa tips yang bisa kamu coba:
1. Diversifikasi Investasi - Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang. Sebarkan investasi kamu ke berbagai aset, seperti saham, obligasi, properti, atau bahkan mata uang asing.
Dengan diversifikasi, jika salah satu investasi merugi, kerugian tersebut bisa ditutupi oleh keuntungan dari investasi lain. Contohnya, jika kamu punya investasi dalam bentuk deposito rupiah, pertimbangkan untuk juga memiliki investasi dalam bentuk emas atau reksadana.
2. Pantau Nilai Tukar Secara Berkala - Jangan hanya diam dan menunggu. Selalu perhatikan pergerakan nilai tukar mata uang, terutama jika kamu sering melakukan transaksi dalam mata uang asing.
Dengan memantau nilai tukar, kamu bisa menentukan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual mata uang asing. Misalnya, jika kamu berencana liburan ke luar negeri, pantau nilai tukar dolar terhadap rupiah. Jika dolar sedang melemah, inilah saat yang tepat untuk membeli dolar.
3. Hindari Utang dalam Mata Uang Asing - Sebisa mungkin, hindari mengambil utang dalam mata uang asing, terutama jika pendapatan kamu dalam rupiah.
Jika nilai tukar rupiah melemah terhadap mata uang asing, cicilan utang kamu akan semakin besar. Bayangkan jika kamu punya cicilan KPR dalam dolar, dan tiba-tiba nilai dolar naik tinggi. Tentunya ini akan sangat memberatkan.
4. Gunakan Produk Lindung Nilai (Hedging) - Jika kamu memiliki bisnis yang sering melakukan transaksi dalam mata uang asing, pertimbangkan untuk menggunakan produk lindung nilai (hedging).
Produk hedging bisa membantu kamu melindungi nilai aset kamu dari fluktuasi nilai tukar. Contohnya, forward contract, option, atau currency swap. Konsultasikan dengan ahli keuangan untuk memilih produk hedging yang paling sesuai dengan kebutuhan bisnis kamu.
Apa sebenarnya yang menyebabkan nilai tukar mata uang bisa berfluktuasi, menurut pendapat Budi Santoso?
Menurut Budi Santoso, seorang analis ekonomi terkemuka, fluktuasi nilai tukar mata uang dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk suku bunga, inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan sentimen pasar. Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan dapat menyebabkan perubahan nilai tukar yang signifikan. "Penting bagi kita untuk memahami faktor-faktor ini agar bisa mengambil keputusan keuangan yang lebih bijak," ujarnya.
Sebagai seorang pengusaha, bagaimana strategi terbaik untuk menghadapi ketidakpastian nilai tukar, kata Siti Aminah?
Siti Aminah, seorang pengusaha sukses di bidang ekspor-impor, menyarankan agar pengusaha selalu memiliki strategi lindung nilai (hedging) yang matang. "Diversifikasi pasar, negosiasi kontrak yang fleksibel, dan penggunaan instrumen keuangan seperti forward contract dapat membantu mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi nilai tukar," jelasnya.
Apa saran dari Bapak Joko Susilo bagi masyarakat awam yang ingin berinvestasi di tengah kondisi nilai tukar yang tidak stabil ini?
Bapak Joko Susilo, seorang perencana keuangan independen, menekankan pentingnya memiliki tujuan investasi yang jelas dan profil risiko yang sesuai. "Jangan terpancing untuk berinvestasi hanya karena ikut-ikutan. Pahami risiko dan potensi keuntungan dari setiap investasi. Konsultasikan dengan ahli keuangan jika perlu," sarannya.
Bagaimana pandangan Ibu Rina Wijaya, seorang ekonom, mengenai dampak perang dagang AS-China terhadap nilai tukar mata uang di Asia?
Ibu Rina Wijaya, seorang ekonom dari universitas terkemuka, menjelaskan bahwa perang dagang AS-China dapat menciptakan ketidakpastian yang signifikan di pasar keuangan global. "Ketidakpastian ini dapat menyebabkan fluktuasi nilai tukar mata uang di Asia, terutama bagi negara-negara yang memiliki hubungan dagang yang erat dengan AS dan China. Pemerintah dan pelaku bisnis perlu bersiap menghadapi berbagai skenario yang mungkin terjadi," pungkasnya.