Temukan Kontroversi Gelar Hendropriyono, Sultan Banjar Didesak Batalkan karena Penobatan Raja Tandingan di Rumahnya, memicu perdebatan sengit!

Jumat, 9 Mei 2025 oleh aisyiyah

Temukan Kontroversi Gelar Hendropriyono, Sultan Banjar Didesak Batalkan karena Penobatan Raja Tandingan di Rumahnya, memicu perdebatan sengit!

Gelar Kebangsawanan Hendropriyono Terancam Dicabut Sultan Banjar: Ada Apa?

BANJARBARU – Sebuah kontroversi tengah menghangat di Kalimantan Selatan. Penobatan seorang "Raja Kebudayaan Banjar Kalimantan" di Jakarta telah memicu reaksi keras dari kalangan bangsawan Kesultanan Banjar. Gelar kebangsawanan yang pernah disematkan kepada A.M. Hendropriyono, tokoh yang menjadi tuan rumah acara penobatan tersebut, kini terancam dicabut.

Pangeran Syarif Abdurrahman Bahasyim, yang lebih dikenal sebagai Habib Banua dan menyandang gelar Pangeran Syarif Hikmadiraja, tanpa tedeng aling-aling mengecam penobatan Cevi Yusuf Isnendar sebagai "Raja Kebudayaan Banjar Kalimantan" oleh mantan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon. Habib Banua menegaskan bahwa tindakan Fadli Zon, yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, harus didasari oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penobatan kontroversial ini berlangsung di Kraton Majapahit, Jakarta Timur, pada hari Selasa (6/5). Acaranya sendiri dihelat atas undangan A.M. Hendropriyono, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Ironisnya, Hendropriyono justru pernah menerima gelar kebangsawanan dari Kesultanan Banjar yang dipimpin oleh Sultan Khairul Saleh.

Habib Banua mengingatkan bahwa eksistensi Kesultanan Banjar di bawah kepemimpinan Sultan Khairul Saleh telah diakui secara luas, tidak hanya oleh raja-raja Nusantara dan Pemerintah NKRI, tetapi juga hingga ke Malaysia dan Brunei Darussalam. "Setiap perayaan milad Kesultanan Banjar, raja-raja Nusantara selalu hadir memberikan ucapan selamat, sebagai bentuk pengakuan," jelasnya.

Menurut Habib Banua, seorang Menteri Kebudayaan seharusnya lebih teliti dan melakukan pengkajian sejarah yang mendalam sebelum menobatkan seseorang sebagai raja budaya. Ia juga mempertanyakan kredibilitas Cevi Yusuf Isnendar, yang notabene berasal dari Cianjur, Jawa Barat. "Cevi Yusuf Isnendar lahir dan besar di Cianjur, Jawa Barat. Artinya, dia tidak tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Banjar, tempat kebudayaan Banjar itu berada," kritiknya.

Keheranan Habib Banua semakin bertambah dengan sikap Hendropriyono yang justru menjadi penyelenggara acara kontroversial tersebut. "Menurut saya, ada kontradiksi dalam sikap tuan rumah penobatan Raja Kebudayaan Banjar Kalimantan. Saudara A.M. Hendropriyono telah menerima gelar dari Kesultanan Banjar, namun tidak menunjukkan perilaku layaknya seorang bangsawan Banjar. Sebaliknya, dia justru ingin mengembangkan kebudayaan Banjar yang lain," ungkapnya.

Menanggapi situasi ini, Habib Banua mengusulkan agar Sultan Banjar, Pangeran H. Khairul Saleh, segera mencabut gelar kebangsawanan yang telah diberikan kepada Hendropriyono. Tindakan Hendropriyono dinilai tidak menghormati Sultan Banjar dan para pemangku adat Banjar di Kalimantan Selatan.

Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak Kementerian Kebudayaan, A.M. Hendropriyono, maupun Cevi Yusuf Isnendar terkait kritik yang dilayangkan.

Budaya Banjar adalah warisan berharga yang perlu kita lestarikan. Berikut adalah beberapa tips praktis yang bisa kita lakukan bersama-sama:

1. Pelajari Sejarah dan Budaya Banjar - Langkah pertama adalah dengan memahami sejarah dan budaya Banjar itu sendiri. Cari tahu tentang kerajaan Banjar, tokoh-tokoh penting, adat istiadat, dan tradisi yang ada.

Contohnya, membaca buku-buku sejarah lokal atau mengunjungi museum yang menyimpan artefak budaya Banjar.

2. Aktif Berpartisipasi dalam Kegiatan Budaya - Ikut serta dalam berbagai kegiatan budaya Banjar, seperti festival, upacara adat, atau pertunjukan seni.

Dengan berpartisipasi langsung, kita bisa merasakan dan menghayati budaya Banjar secara lebih mendalam. Misalnya, ikut serta dalam acara Baayun Maulid atau Mappanretasi.

3. Gunakan Bahasa Banjar dalam Kehidupan Sehari-hari - Bahasa adalah salah satu elemen penting dari budaya. Usahakan untuk menggunakan bahasa Banjar dalam percakapan sehari-hari, terutama di lingkungan keluarga dan komunitas.

Ini akan membantu menjaga kelestarian bahasa Banjar dan mencegahnya dari kepunahan.

4. Promosikan Budaya Banjar kepada Generasi Muda - Ajarkan anak-anak dan generasi muda tentang budaya Banjar. Kenalkan mereka pada cerita rakyat, lagu daerah, tarian tradisional, dan makanan khas Banjar.

Dengan demikian, mereka akan memiliki rasa cinta dan bangga terhadap budaya mereka sendiri.

5. Dukung Produk dan Kerajinan Lokal - Belilah produk-produk dan kerajinan tangan khas Banjar, seperti kain sasirangan, purun, atau anyaman rotan.

Dengan mendukung produk lokal, kita turut membantu perekonomian masyarakat Banjar dan melestarikan keterampilan tradisional.

6. Manfaatkan Media Sosial untuk Promosi - Gunakan media sosial untuk membagikan informasi tentang budaya Banjar kepada khalayak yang lebih luas.

Buatlah konten yang menarik dan informatif, seperti foto, video, atau artikel tentang budaya Banjar. Gunakan tagar yang relevan agar konten Anda mudah ditemukan.

Mengapa penobatan "Raja Kebudayaan Banjar Kalimantan" di Jakarta menimbulkan kontroversi, menurut pendapat Budi Santoso?

Menurut Budi Santoso, seorang pengamat budaya, penobatan tersebut memicu kontroversi karena dianggap tidak sesuai dengan mekanisme adat dan tradisi Kesultanan Banjar yang seharusnya dilakukan di wilayah Kalimantan Selatan oleh tokoh-tokoh adat yang berwenang.

Apa konsekuensi yang mungkin terjadi jika gelar kebangsawanan A.M. Hendropriyono dicabut oleh Sultan Banjar, menurut pandangan Siti Aminah?

Siti Aminah, seorang ahli hukum adat, berpendapat bahwa pencabutan gelar kebangsawanan dapat mencoreng nama baik A.M. Hendropriyono di mata masyarakat Banjar dan mengurangi pengaruhnya dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan budaya Banjar.

Bagaimana seharusnya Menteri Kebudayaan bersikap dalam proses penobatan tokoh budaya, menurut pendapat Anton Wijaya?

Anton Wijaya, seorang sejarawan, menyatakan bahwa Menteri Kebudayaan seharusnya lebih berhati-hati dan melakukan riset mendalam serta konsultasi dengan tokoh adat dan sejarawan sebelum memberikan dukungan atau pengakuan terhadap penobatan tokoh budaya, untuk menghindari potensi konflik dan kontroversi.

Apa alasan Habib Banua mempertanyakan kredibilitas Cevi Yusuf Isnendar sebagai "Raja Kebudayaan Banjar Kalimantan", menurut penjelasan Ratna Dewi?

Ratna Dewi, seorang tokoh masyarakat Banjar, menjelaskan bahwa Habib Banua meragukan kredibilitas Cevi Yusuf Isnendar karena yang bersangkutan tidak lahir dan besar di lingkungan budaya Banjar, sehingga dianggap kurang memiliki pemahaman mendalam tentang adat dan tradisi Banjar.

Apa pesan yang ingin disampaikan Habib Banua kepada A.M. Hendropriyono terkait perannya dalam acara penobatan tersebut, menurut analisis Joko Susilo?

Menurut Joko Susilo, seorang analis politik, Habib Banua ingin menyampaikan pesan bahwa sebagai seseorang yang pernah menerima gelar kebangsawanan dari Kesultanan Banjar, A.M. Hendropriyono seharusnya lebih menghormati adat dan tradisi Banjar, serta tidak terlibat dalam kegiatan yang berpotensi merusak citra Kesultanan Banjar.

Bagaimana pandangan umum masyarakat Banjar terhadap kontroversi ini, menurut survei yang dilakukan oleh Nani Suryani?

Nani Suryani, seorang peneliti sosial, menyampaikan bahwa hasil survei menunjukkan sebagian besar masyarakat Banjar merasa kecewa dan tersinggung dengan adanya penobatan "Raja Kebudayaan Banjar Kalimantan" di Jakarta, karena dianggap tidak menghormati Kesultanan Banjar dan adat istiadat yang berlaku.