Temukan Harta Karun Tersembunyi di Pasar Loak Kota Lama Semarang, Surga Pemburu Barang Antik, Kenangan Musik Retro, Kisah Nostalgia, dan Harga Miring

Selasa, 15 April 2025 oleh aisyiyah

Temukan Harta Karun Tersembunyi di Pasar Loak Kota Lama Semarang, Surga Pemburu Barang Antik, Kenangan Musik Retro,  Kisah Nostalgia, dan Harga Miring

Pasar Loak Kota Lama Semarang, Surga Pemburu Barang Bekas dan Kenangan Musik Retro

Semarang, kota yang kaya akan sejarah dan budaya, juga menyimpan surga tersembunyi bagi para pecinta barang antik dan kenangan masa lalu. Di kawasan Kota Lama yang ikonik, Pasar Loak semakin ramai dikunjungi oleh para pemburu barang bekas. Bayangkan, sekitar 35 pedagang kaki lima (PKL) menjajakan berbagai macam barang, mulai dari mainan jadul, kaset fisik yang kembali hits, buku-buku lawas, pakaian vintage, hingga alat elektronik dan barang antik yang memikat hati.

Berteduh di bawah payung besar yang melindungi dari sengatan matahari Semarang, para pedagang dengan santai menjaga lapak mereka. Salah satunya adalah Pak Heru Albar (58), yang setia berjualan setiap akhir pekan.

"Saya baru setahun berjualan di sini, fokus jual baju-baju bekas branded. Harganya terjangkau, mulai dari Rp35.000 sampai Rp50.000, tergantung mereknya," ujar Pak Heru.

Dari Baju Branded hingga Reklame Kuno

Selain baju bekas bermerek, Pak Heru juga dikenal sebagai kolektor dan penjual barang antik di Pasar Barang Antik Galeri Industri Kreatif (GIK) yang lokasinya tak jauh dari Pasar Loak. "Kalau barang antik, saya sudah berjualan sekitar 8 tahun. Harganya bervariasi, yang paling mahal biasanya reklame-reklame kuno dan enamel kuno, bisa mencapai Rp5-7 juta," ungkapnya.

Namun, Pak Heru mengakui bahwa belakangan ini peminat barang antik sedikit menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ia menduga lesunya ekonomi nasional menjadi salah satu faktornya. "Dulu ramai sekali, sekarang agak sepi. Mungkin karena ekonomi sedang lesu," tambahnya.

Mainan Bekas, Kaset Retro, dan Cerita Kehidupan

Kisah serupa juga diungkapkan oleh Pak Ruly Krisbiantoro (58), pedagang mainan bekas yang telah menekuni profesinya sejak tahun 2002. Mainan yang dijualnya dibanderol mulai dari Rp5.000 hingga puluhan ribu rupiah.

"Saya jual barang-barang lama, seperti mainan, pernak-pernik kuningan, koin, dan macam-macam. Sekarang anak-anak muda lagi suka kaset rilisan fisik," tutur Pak Ruly.

Uniknya, Pak Ruly dulunya adalah seorang pekerja kantoran yang memutuskan beralih profesi menjadi penjual barang bekas karena merasa lebih menikmati pekerjaannya saat ini. "Pekerjaan ini asyik dan lebih fleksibel. Saya ingin anak-anak muda tahu bahwa barang-barang ini punya sejarah... dan sebenarnya tidak ada orang yang kesulitan cari uang. Apapun bisa, asal kita mau bekerja," kata Pak Ruly bijak.

Anak Muda dan Daya Tarik Barang Vintage

Pasar Loak Kota Lama juga menjadi tempat favorit para remaja. Rangga (17), misalnya, sering datang untuk mencari mainan bekas, terutama karakter dari film favoritnya, Toy Story. "Saya suka cari mainan kayak di Toy Story. Tadi dapat mainan T-Rex Dino warna hijau, murah meriah, cuma Rp5.000-an," ujarnya senang.

Sementara itu, Fahri (17) lebih tertarik dengan kaset musik rilisan fisik, seperti koleksi lagu dari The Beatles, Bon Jovi, hingga Elvis Presley. "Suka rilisan fisik karena ada cover-nya, ada nilai seninya. Lebih bagus dan awet juga kalau kaset. Saya juga punya alat pemutarnya," jelas Fahri.

Siti Nurhaliza: Apa dampak ekonomi lesu terhadap pedagang barang antik seperti Pak Heru?

Menurut saya, dampak ekonomi lesu memang cukup terasa bagi para pedagang barang antik. Daya beli masyarakat menurun, sehingga barang-barang antik yang biasanya dianggap sebagai investasi atau hobi, menjadi prioritas kesekian. Hal ini tentu berpengaruh pada pendapatan para pedagang.