Tarif Trump Tak Pengaruhi Industri Tekstil & Alas Kaki Indonesia? Kata Airlangga Begini...
Rabu, 9 April 2025 oleh aisyiyah
Airlangga: Dampak Tarif Trump ke Industri Tekstil dan Alas Kaki Tidak Separah yang Dikhawatirkan
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memberikan angin segar bagi industri alas kaki dan tekstil Indonesia. Beliau menyatakan bahwa dampak dari kebijakan tarif yang diterapkan Presiden AS Donald Trump tidak akan seberat yang diperkirakan sebelumnya. Kekhawatiran awal akan tekanan berat pada industri sepatu dan tekstil, termasuk pakaian, nampaknya tidak akan terjadi. Pasalnya, menurut Airlangga, kedua industri tersebut tidak dianggap strategis oleh Amerika Serikat.
Dalam Sarasehan Ekonomi bersama Presiden Republik Indonesia di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4/2025), Airlangga justru melihat peluang positif di tengah situasi ini. Indonesia, menurutnya, berpotensi mendapatkan keuntungan. Bahkan, beberapa produsen merek global telah menghubungi Airlangga untuk membahas peluang kerjasama lebih lanjut.
"Khususnya untuk pakaian dan alas kaki, Amerika Serikat tidak menganggap sektor ini strategis, sehingga membuka ruang negosiasi. Nike dan beberapa perusahaan lain telah meminta untuk berdiskusi langsung dengan kami melalui Zoom meeting, dan kami akan segera merespons. Jika dibandingkan dengan negara pesaing seperti Cina, Vietnam, Kamboja, dan Bangladesh, tarif yang dikenakan pada produk Indonesia justru lebih rendah. Ini adalah kesempatan emas bagi kita untuk menggantikan posisi mereka di pasar AS," ujarnya.
Airlangga menekankan pentingnya Indonesia memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan kapasitas dan efisiensi produksi.
"Hal yang sama juga berlaku untuk industri sepatu. Tarif untuk produk Indonesia lebih rendah dibandingkan Cina dan Vietnam. Dengan penawaran yang kompetitif, kita memiliki peluang besar. Kuncinya adalah meningkatkan kapasitas dan efisiensi produksi," tegasnya.
Dampak Tarif Tidak Signifikan
Airlangga menjelaskan bahwa dampak tarif tersebut tidak sebesar yang dibayangkan. "Harga jual rata-rata sepatu kita sekitar US$15-20, dengan bea masuk US$6. Sementara harga beli di AS mencapai US$70-80. Jadi, dampaknya tidak mencapai 30% (bea masuk). Begitu pula dengan pakaian. Harga produk kita US$20-25, sedangkan harga jual di AS US$80-100. Jadi, dampaknya tidak seberat yang kita perkirakan," paparnya.
Lebih lanjut, Airlangga menambahkan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap pasar ekspor AS relatif kecil, hanya sekitar 2,2% dari PDB. Berbeda dengan Vietnam yang 33% PDB-nya bergantung pada ekspor ke AS. "Dengan demikian, kita lebih mampu menahan dampaknya terhadap perekonomian. Amerika Serikat bukanlah satu-satunya pasar bagi kita, dan kita siap mengantisipasi situasi ini," jelas Airlangga kepada Presiden.
Poin-Poin Negosiasi Indonesia dengan AS
Pemerintah Indonesia memilih jalur negosiasi dengan AS, bukan retaliasi. "Arahan Presiden dalam beberapa rapat adalah mengedepankan negosiasi, mengingat AS adalah mitra strategis," ungkap Airlangga.
Beberapa poin negosiasi yang akan dibahas antara lain:
- Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk produk Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT), khususnya dari investasi AS di Batam.
- Evaluasi kebijakan larangan terbatas (lartas).
- Percepatan sertifikasi halal.
- Peningkatan impor produk agrikultur dari AS, seperti kedelai dan gandum, melalui realokasi pembelian tanpa membebani APBN.
- Insentif fiskal dan non-fiskal untuk meningkatkan impor dari AS dan daya saing ekspor Indonesia.
Pemerintah Indonesia telah mengirimkan surat negosiasi kepada Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) dan Sekretaris Perdagangan Pemerintahan Trump melalui Kedutaan Besar Indonesia di AS. "Duta Besar AS telah meminta waktu untuk pembicaraan lanjutan, menandakan bahwa mereka telah menerima surat yang kami kirimkan," pungkas Airlangga.