Tarif Trump Mengguncang Indonesia? Chatib Basri Ungkap Dampak &, Prediksi Ekonomi!
Selasa, 8 April 2025 oleh aisyiyah
Dampak Kebijakan Tarif Trump Terhadap Indonesia: Analisis dari Chatib Basri
Mantan Menteri Keuangan sekaligus Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Chatib Basri, memberikan pandangannya terkait kebijakan tarif baru yang diterapkan Presiden AS Donald Trump. Menurutnya, kebijakan ini tak hanya berdampak pada perekonomian AS, tetapi juga menciptakan riak efek domino yang menyentuh hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.
Sektor-sektor Kunci Indonesia yang Terdampak
Beberapa sektor andalan Indonesia diprediksi akan merasakan dampak yang cukup signifikan. Chatib Basri menyoroti sektor tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, dan udang sebagai sektor yang paling rentan. Selain itu, sektor mesin perlengkapan elektronik dan lemak/minyak hewan nabati juga diperkirakan akan terkena imbasnya.
Bukan Hanya Indonesia
Chatib Basri menekankan bahwa dampak kebijakan ini bersifat global. "Kita harus ingat rasio ekspor Indonesia terhadap GDP hanya sekitar 25%. Bandingkan dengan Singapura yang mencapai 180% atau Vietnam," ujarnya. Artinya, negara-negara dengan ketergantungan ekspor yang tinggi akan lebih merasakan dampaknya dibandingkan Indonesia.
Semakin kecil integrasi kita dengan ekonomi global, maka dampaknya akan relatif lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara yang sangat terintegrasi seperti Singapura, Vietnam, Thailand, atau Malaysia.
Bahkan, Chatib tidak menutup kemungkinan terjadinya resesi global akibat kebijakan ini, yang tentu saja akan berimbas juga pada Indonesia, meskipun dampaknya diperkirakan lebih ringan dibandingkan negara-negara dengan integrasi ekonomi global yang lebih kuat.
Risiko Perlambatan Ekonomi dan PHK
Chatib Basri juga menyoroti potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia akibat terhambatnya ekspor. “Kalau ekspor Indonesia terkena, maka ada risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi. Dan kalau perlambatan ekonomi terjadi, maka risiko yang bisa muncul adalah PHK. Itu adalah hal-hal yang perlu diantisipasi,” jelasnya.
Peluang di Tengah Tantangan: Pelemahan Rupiah dan Strategi Pemangkasan Biaya
Meskipun dibayangi berbagai risiko, Chatib Basri melihat adanya peluang di tengah tantangan ini. Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS dapat membuat produk ekspor Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar global. "Misalnya, jika tarif naik 5% dan Rupiah terdepresiasi 5%, maka dampaknya bisa saling mengimbangi," paparnya.
Untuk menjaga daya saing produk Indonesia, Chatib menyarankan agar pemerintah dan pelaku usaha fokus pada pemangkasan biaya produksi. Dengan biaya produksi yang lebih rendah, produk Indonesia bisa ditawarkan dengan harga yang lebih kompetitif tanpa mengorbankan margin keuntungan.
Deregulasi: Kunci Pemangkasan Biaya Produksi
Chatib Basri menekankan pentingnya deregulasi ekonomi untuk memfasilitasi pemangkasan biaya produksi. "Jika pemerintah ingin produk ekspor Indonesia tetap kompetitif, maka deregulasi ekonomi harus dipercepat," tegasnya. Deregulasi yang efektif akan memungkinkan perusahaan untuk menjual barang dengan harga lebih murah, namun tetap menjaga margin keuntungan.