Tarif Gila Trump Dikecam! Bagaimana Respon Keras Negara,Negara Terdampak?
Rabu, 9 April 2025 oleh aisyiyah
Respons Negara-Negara Terhadap 'Tarif Gila' Trump
Kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pekan lalu telah memicu gelombang respons dari berbagai negara. Tak hanya menerapkan tarif timbal balik, Trump juga menambahkan tarif impor global sebesar 10 persen, membuat banyak negara mengecam kebijakan yang dianggap mengganggu stabilitas ekonomi dunia ini.
China Balas Dendam dengan Tarif 34 Persen
China menjadi salah satu negara yang paling keras merespons kebijakan Trump. Komisi Tarif Dewan Kementerian Keuangan China menyebut kebijakan tersebut melanggar aturan perdagangan internasional dan sangat merugikan China. Dengan akumulasi tarif timbal balik, total tarif efektif produk China yang masuk ke AS mencapai 54 persen. Sebagai balasan, China tak tinggal diam dan langsung menjatuhkan tarif impor sebesar 34 persen untuk semua produk AS.
"Tarif sebesar 34 persen akan dikenakan untuk semua barang impor yang berasal dari Amerika Serikat berdasarkan tarif yang berlaku saat ini," demikian pernyataan resmi pemerintah China pada 4 April.
Uni Eropa Incar Layanan Daring AS
Uni Eropa juga tak mau kalah. Menanggapi tarif impor 20 persen yang diumumkan Trump, Uni Eropa menyiapkan strategi dua tahap. Juru bicara pemerintah Prancis, Sophie Primas, menjelaskan tahap pertama akan berfokus pada alumunium dan baja dan berlaku pertengahan April. Sementara tahap kedua, yang ditargetkan siap akhir April, akan menyasar semua produk dan layanan AS, termasuk layanan daring.
"Kami akan menyerang layanan. Misalnya layanan daring yang saat ini tak dikenai pajak, tetapi bisa saja dikenai pajak," ungkap Primas.
Ketua Uni Eropa, Ursula von der Leyen, bahkan sempat mengancam akan menerapkan bea masuk hingga 50 persen untuk produk AS seperti wiski, sepeda motor, dan bourbon. Meski demikian, von der Leyen menyiratkan masih ada ruang untuk negosiasi sambil menunggu finalisasi respons terhadap tarif logam dari AS.
Kanada Fokus pada Sektor Otomotif
Kanada memilih sektor otomotif sebagai sasaran balasan. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau (bukan Mark Carney, yang merupakan Gubernur Bank of England saat itu), mengumumkan tarif 25 persen untuk kendaraan impor dari AS. Menariknya, Carney menjelaskan bahwa tindakan balasan ini tidak akan mempengaruhi suku cadang mobil.
"Karena kami mengetahui manfaat dari sistem produksi terpadu kami," kata Trudeau.
Selain itu, Kanada juga tetap memberlakukan tarif 25 persen untuk berbagai produk AS senilai US$42 miliar, termasuk buah-buahan, sayur-sayuran, peralatan, dan minuman keras. Daftar barang yang dikenai tarif bahkan diperluas, mencakup komputer hingga peralatan olahraga.