Sudah Kena Stroke, Haruskah Obat Hipertensi Diminum Seumur Hidup? Ini Penjelasan Dokter dan Solusinya untuk Anda
Sabtu, 19 April 2025 oleh aisyiyah
Setelah Stroke, Apakah Obat Hipertensi Harus Diminum Seumur Hidup?
Mengalami stroke tentu menjadi momen yang berat, dan mencegah serangan ulang menjadi prioritas utama. Risiko kambuh memang ada, mencapai hampir 20% dalam 5 tahun dan lebih dari 26% dalam 10 tahun. Salah satu kunci pencegahan yang sering direkomendasikan dokter adalah mengonsumsi obat tekanan darah.
Mengapa Penderita Stroke Perlu Minum Obat Tekanan Darah?
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah faktor risiko stroke yang sangat signifikan. Studi menunjukkan hipertensi berperan dalam 25-50% kasus stroke. Menurunkan tekanan darah tinggi terbukti efektif mengurangi risiko stroke, baik serangan pertama maupun berulang.
Hipertensi merusak arteri di otak. Tekanan darah yang tinggi secara konsisten melemahkan dinding pembuluh darah, yang akhirnya bisa pecah. Pecahnya pembuluh darah ini menghalangi aliran darah kaya oksigen dan nutrisi ke otak, memicu stroke. Akibatnya, sel-sel otak yang kekurangan darah bisa rusak atau bahkan mati dalam hitungan menit.
Apakah Obat Hipertensi Harus Dikonsumsi Seumur Hidup?
Menurut Dr. Santi, Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia, kontrol tekanan darah yang ketat sangat penting bagi penyintas stroke. "Kenaikan tekanan darah seringkali tidak bergejala," ujarnya. Namun, obat bukan satu-satunya solusi. "Tekanan darah bersifat dinamis dan bisa dikontrol melalui gaya hidup sehat, seperti pola makan seimbang, tidur cukup, olahraga teratur, manajemen stres, dan menghindari kebiasaan buruk," tambahnya.
Artinya, penderita stroke belum tentu harus minum obat hipertensi seumur hidup. Kuncinya adalah kontrol tekanan darah yang konsisten. "Obat bisa dihentikan, tapi kontrol tekanan darah harus terus dijaga," tegas Dr. Santi. Pemeriksaan rutin ke dokter sangat dianjurkan, meskipun tidak selalu berarti harus minum obat.
Lebih lanjut, Dr. Santi menjelaskan pencegahan stroke berulang tidak hanya berfokus pada tekanan darah. Faktor risiko lain seperti kadar gula darah, kolesterol, kekentalan darah, kesehatan jantung, dan berat badan juga perlu diperhatikan. "Hindari merokok dan paparan asap rokok juga penting," imbuhnya.
Berikut beberapa tips praktis untuk mengontrol tekanan darah setelah stroke:
1. Terapkan Pola Makan Sehat - Perbanyak konsumsi buah, sayur, dan biji-bijian. Batasi makanan olahan, tinggi garam, dan lemak jenuh. Contohnya, ganti camilan keripik dengan buah potong atau kacang-kacangan.
2. Rutin Berolahraga - Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari. Pilih olahraga yang Anda nikmati, seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda. Konsultasikan dengan dokter mengenai jenis dan intensitas olahraga yang tepat.
3. Kelola Stres - Temukan cara sehat untuk mengelola stres, seperti meditasi, yoga, atau menghabiskan waktu bersama orang tersayang. Stres yang berkepanjangan dapat memicu kenaikan tekanan darah.
4. Patuhi Anjuran Dokter - Konsumsi obat sesuai resep dokter dan jangan berhenti minum obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu. Lakukan pemeriksaan rutin untuk memantau kondisi kesehatan Anda.
Apakah ada makanan tertentu yang harus dihindari setelah stroke, Budi?
Menurut Dr. Zaidul Akbar, penting untuk menghindari makanan olahan, tinggi garam, gula, dan lemak trans. Fokuslah pada makanan alami seperti buah, sayur, dan sumber protein sehat.
Berapa lama waktu pemulihan setelah stroke, Ani?
Prof. Dr. dr. Iwan Dakota menjelaskan waktu pemulihan bervariasi, tergantung keparahan stroke dan kondisi masing-masing individu. Bisa beberapa minggu, bulan, bahkan tahun. Terapi dan rehabilitasi sangat penting dalam proses pemulihan.
Apakah stroke bisa dicegah, Siti?
Dr. Reisa Broto Asmoro menyatakan stroke dapat dicegah dengan mengontrol faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, dan merokok. Gaya hidup sehat sangat penting dalam upaya pencegahan.
Apa tanda-tanda stroke yang perlu diwaspadai, Dewi?
Dr. Tirta Mandira Hudhi mengingatkan untuk mewaspadai gejala tiba-tiba seperti wajah miring sebelah, kelemahan atau kesemutan pada satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, pusing hebat, dan gangguan penglihatan. Segera cari pertolongan medis jika mengalami gejala-gejala tersebut.
Apakah olahraga berat diperbolehkan setelah stroke, Anton?
Menurut dr. Lula Kamal M.Sc, konsultasikan dengan dokter atau fisioterapis mengenai jenis dan intensitas olahraga yang aman setelah stroke. Olahraga berat mungkin perlu dihindari pada awalnya, dan bertahap ditingkatkan sesuai kondisi.