Sendratari Kolosal Meriahkan Grebeg Getuk di Kota Magelang, Penuh Pesona, Budaya, dan Tradisi yang Memukau

Senin, 14 April 2025 oleh aisyiyah

Sendratari Kolosal Meriahkan Grebeg Getuk di Kota Magelang, Penuh Pesona, Budaya, dan Tradisi yang Memukau

Sendratari Kolosal Meriahkan Grebeg Getuk di Kota Magelang

Kota Magelang merayakan hari jadinya yang ke-1119 dengan semarak dan meriah. Suasana Grebeg Getuk tahun ini dipenuhi antusiasme warga yang berebut gunungan getuk dan 17 gunungan palawija. Tak hanya itu, sebuah sendratari kolosal yang memukau, dipersembahkan oleh 260 penari, semakin menambah kemeriahan perayaan.

Grebeg Getuk, tradisi tahunan sejak 2006, menjadi momen penting untuk memperingati hari jadi Kota Magelang. Prosesi diawali dari tanah perdikan Mantyasih menuju PDAM Kota Magelang, kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan menuju Alun-Alun Kota Magelang. Barisan bergengsi dari 17 kelurahan turut serta dalam arak-arakan, masing-masing membawa gunungan palawija yang melambangkan kemakmuran.

Alun-Alun Kota Magelang menjadi saksi bisu kemeriahan acara yang dihadiri oleh Wali Kota Magelang, Damar Prasetyono, beserta wakilnya, Bupati Magelang, Bupati Temanggung, dan sejumlah tamu undangan lainnya.

Sebelum puncak acara Grebeg Getuk, Wali Kota Magelang, Damar Prasetyono, memberikan aba-aba untuk memulai rebutan gunungan. Warga yang telah menanti dengan sabar langsung menyerbu dua gunungan getuk besar dan 17 gunungan palawija.

"Terima kasih kepada segenap pihak, masyarakat, panitia, peserta, luar biasa. Semua berjalan lancar, dari segi keamanan hingga cuaca yang sangat mendukung. Artinya, Tuhan meridhai, alam mendukung. Acara pagi dan siang ini berjalan dengan sukses," ungkap Damar kepada wartawan seusai acara.

Damar juga menambahkan bahwa usia 1.119 tahun menandakan Kota Magelang memiliki peradaban yang tinggi. "Di tanah Jawa, kita paling tua secara usia. Di Nusantara mungkin kita nomor 2. Artinya apa? Usia yang begitu matang ini saya yakin dan optimis peradaban Kota Magelang akan betul-betul istimewa ke depannya," ujarnya penuh keyakinan.

Sendratari Babad Mahardika: Mengisahkan Sejarah Kota Magelang

Koreografer Grebeg Getuk, Gepeng Nugroho, menjelaskan bahwa sendratari kolosal berjudul "Babad Mahardika" menjadi suguhan istimewa dalam Grebeg Getuk kali ini. Sendratari tersebut melibatkan 260 penari dan didukung oleh 50 tenaga artistik, koreografer, dan pengrawit.

"Sendratari ini mengisahkan sejarah Kota Magelang pada abad ke-9, di mana tempat ini bernama Mantyasih. Mantyasih dikenal sebagai tempat yang subur, gemah ripah loh jinawi, dan menjadi tempat transit bagi para pelaku spiritual dari Dieng," jelas Gepeng.

Ia melanjutkan, "Di era Hindu, Mantyasih menjadi tempat persinggahan orang-orang dari berbagai wilayah, sehingga perekonomian dan perdagangan meningkat, didukung pula oleh sektor pertanian yang maju. Hal ini menjadikan Mantyasih semakin sejahtera."

Sendratari tersebut juga menggambarkan masa-masa sulit ketika keamanan Mantyasih terganggu. "Akhirnya, Keraton Mataram Kuno di bawah Raja Dyah Balitung memberikan bantuan untuk mengusir para pengganggu keamanan. Melihat potensi Mantyasih, Raja Dyah Balitung kemudian memberikan status tanah perdikan, yang berarti dibebaskan dari pembayaran upeti atau pajak keraton," pungkas Gepeng.

Bagaimana Sendratari Babad Mahardika bisa merepresentasikan sejarah Kota Magelang, Pak Ganjar? (Pertanyaan dari Ani Wijayanti)

Sendratari ini menggambarkan perjalanan Magelang dari masa Mantyasih, menunjukkan kemakmuran dan peran spiritualnya. Kisah gangguan keamanan dan bantuan Keraton Mataram Kuno juga dihadirkan, merefleksikan sejarah dan resiliensi kota ini. (Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah)