Resesi Mengancam? Amankan Investasi Anda dengan 2 Mata Uang Alternatif Selain Dolar AS!
Rabu, 9 April 2025 oleh aisyiyah
Bukan Dolar AS, 2 Mata Uang Ini Bisa Jadi Pilihan Investor Saat Krisis
Di tengah ketidakpastian global, terutama yang dipicu oleh kebijakan perdagangan Amerika Serikat, para investor semakin melirik aset safe haven. Situasi memanas setelah Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan serangkaian tarif balasan pekan lalu, membuat investor berbondong-bondong mencari perlindungan pada aset-aset yang dianggap aman. Bukan Dolar AS, melainkan Yen Jepang, obligasi, dan beberapa aset "eksotis" lainnya yang menjadi primadona.
"Yen Jepang merupakan pilihan yang sangat baik, bahkan mungkin yang terbaik, untuk melindungi investasi dari ketegangan perdagangan dan potensi resesi AS," ungkap Ebrahim Rahbari, Kepala Strategi Suku Bunga di Absolute Strategy Research. Ada beberapa alasan klasik yang mendasari hal ini.
Rahbari menjelaskan bahwa Yen saat ini masih relatif murah. Selain itu, potensi penurunan suku bunga AS akan mempersempit selisih suku bunga antara Dolar dan Yen. Meskipun Jepang merupakan negara eksportir besar, ketergantungannya terhadap perdagangan telah menurun, terutama berkat kebijakan fiskal yang longgar.
Tak hanya Yen Jepang, Franc Swiss juga menunjukkan penguatan signifikan beberapa hari terakhir. Mata uang ini pun dipandang sebagai safe haven currency yang menarik.
Data Refinitiv periode 31 Maret hingga 4 April 2025 menunjukkan performa impresif Yen Jepang dan Franc Swiss, masing-masing menguat sebesar 2,03% dan 2,67%.
Jeff Ng, Kepala Strategi Makro Asia di Sumitomo Mitsui Banking Corporation, menambahkan bahwa Yen biasanya menguat saat krisis global atau resesi. Bahkan jika resesi global dapat dihindari, Yen masih berpotensi menguat jika Bank of Japan (BOJ) melanjutkan kenaikan suku bunga sementara bank sentral lain mulai melonggarkan kebijakan.
Namun, Ng juga memberikan peringatan. Ekonomi Jepang tak luput dari tekanan akibat kebijakan tarif Trump, khususnya di sektor otomotif dan komponennya. Jika ekonomi Jepang melambat, BOJ kemungkinan akan menahan diri untuk tidak menaikkan suku bunga, yang pada akhirnya dapat melemahkan Yen kembali.