Rentan Nasib Industri RI di Negosiasi Dagang dengan AS, Kenapa? Ancaman Besar Bagi Indonesia

Jumat, 25 April 2025 oleh aisyiyah

Rentan Nasib Industri RI di Negosiasi Dagang dengan AS, Kenapa? Ancaman Besar Bagi Indonesia

Negosiasi Dagang AS-Indonesia: Ancaman Bagi Industri Tanah Air?

Negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat yang dimulai 16 April lalu menyisakan kekhawatiran. Pemerintah Indonesia, yang dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, terbang ke Washington DC untuk bernegosiasi dengan pemerintahan Biden (sebelumnya Trump) demi meredakan ancaman perang dagang. Hasil awal negosiasi menyepakati kelanjutan pembicaraan selama 60 hari, dengan Indonesia menawarkan sejumlah kebijakan sebagai imbalan atas penurunan tarif dagang AS.

Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan lima poin kesepakatan, di antaranya penyesuaian tarif bea masuk untuk produk AS, peningkatan impor migas, mesin, teknologi, dan produk pertanian dari AS, reformasi perpajakan dan kepabeanan, penyesuaian langkah-langkah non-tarif seperti TKDN, dan kebijakan penanggulangan banjir barang impor. Airlangga Hartarto sempat menyebutkan potensi peningkatan impor dari AS hingga Rp318,9 triliun.

Namun, sejumlah pakar ekonomi menyoroti potensi risiko dari kesepakatan ini. Direktur Celios, Nailul Huda, menyoroti pelonggaran TKDN yang dikhawatirkan dapat mengganggu industri dalam negeri. TKDN selama ini berperan penting dalam melindungi dan mendorong pertumbuhan industri, terutama di sektor teknologi. Pelonggaran aturan ini dinilai dapat merugikan perusahaan yang telah berinvestasi besar untuk memenuhi aturan TKDN, sementara AS bisa masuk tanpa membangun industri di Indonesia.

"TKDN bagaimanapun juga menjadi garda terdepan melindungi industri dalam negeri," kata Huda.

Strategi peningkatan impor dari AS, yang disebut Huda sebagai "strategi pak pok" ala Prabowo Subianto, juga dinilai berpotensi efektif meredakan ancaman tarif dari AS, namun perlu diwaspadai agar tidak menyebabkan defisit perdagangan secara keseluruhan.

Yusuf Rendy Manilet, peneliti CORE Indonesia, juga menyuarakan kekhawatiran serupa. Ia menekankan pentingnya penguatan industri dalam negeri agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar konsumsi AS. Reformasi perpajakan dan kepabeanan, meskipun penting, perlu dilakukan secara hati-hati dan bertahap.

Yusuf juga mengingatkan pemerintah agar bernegosiasi secara strategis dan tidak reaktif. Indonesia perlu menuntut pengurangan tarif yang signifikan untuk produk ekspor unggulan, dan tidak boleh merasa "berutang budi" kepada AS. Relasi dagang kedua negara selama ini, menurut Yusuf, sudah sangat menguntungkan AS, terutama dari ekspor jasa di sektor teknologi, pendidikan, dan layanan keuangan.

Berikut beberapa tips agar Indonesia dapat bernegosiasi dagang secara efektif:

1. Data dan Riset Mendalam - Lakukan riset mendalam tentang kondisi pasar AS dan kebutuhan mereka. Pahami juga kekuatan dan kelemahan produk Indonesia di pasar AS.

Contoh: Menganalisis tren konsumsi produk pertanian di AS dan menyesuaikan strategi ekspor produk pertanian Indonesia.

2. Prioritaskan Kepentingan Nasional - Utamakan kepentingan nasional dan jangan mudah didikte. Tetapkan batas bawah yang tidak bisa dinegosiasikan.

Contoh: Mempertahankan TKDN untuk industri strategis meskipun ada tekanan untuk melonggarkannya.

3. Strategi Negosiasi yang Matang - Siapkan strategi negosiasi yang matang dengan berbagai skenario. Jangan terpaku pada satu opsi saja.

Contoh: Menyiapkan alternatif produk ekspor jika produk utama terkena hambatan tarif.

4. Penguatan Industri Dalam Negeri - Perkuat industri dalam negeri agar tidak hanya menjadi pasar konsumsi. Dorong inovasi dan peningkatan kualitas produk.

Contoh: Memberikan insentif fiskal bagi industri yang berorientasi ekspor.

5. Diversifikasi Pasar Ekspor - Jangan bergantung pada satu pasar ekspor saja. Cari pasar alternatif untuk mengurangi risiko.

Contoh: Menjajaki pasar ekspor di negara-negara Asia Tenggara atau Eropa.

6. Transparansi dan Akuntabilitas - Jaga transparansi dan akuntabilitas dalam proses negosiasi agar terhindar dari praktik korupsi dan kolusi.

Contoh: Melibatkan publik dalam pengawasan proses negosiasi.

Apa dampak pelonggaran TKDN terhadap industri lokal, Bu Sri Mulyani?

(Sri Mulyani): Pelonggaran TKDN memang memiliki potensi dampak negatif bagi industri dalam negeri. Namun, hal ini perlu diimbangi dengan upaya peningkatan daya saing industri nasional, agar mampu bersaing dengan produk impor.

Bagaimana strategi Indonesia agar tidak hanya menjadi pasar konsumsi AS, Pak Airlangga?

(Airlangga Hartarto): Strateginya adalah dengan mendorong hilirisasi industri dan peningkatan nilai tambah produk ekspor. Kita harus fokus pada pengembangan industri manufaktur yang berdaya saing tinggi.

Apakah peningkatan impor migas dari AS akan berdampak pada ketahanan energi nasional, Pak Arifin Tasrif?

(Arifin Tasrif, Menteri ESDM): Pemerintah akan memastikan peningkatan impor migas dari AS tidak mengganggu ketahanan energi nasional. Diversifikasi sumber impor dan pengembangan energi terbarukan tetap menjadi prioritas.

Apa manfaat reformasi perpajakan dan kepabeanan dalam konteks negosiasi ini, Pak Febrio Kacaribu?

(Febrio Kacaribu, Kepala BKF): Reformasi perpajakan dan kepabeanan akan meningkatkan efisiensi dan transparansi sistem perdagangan, yang pada akhirnya akan menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif dan menarik bagi investor, termasuk dari AS.

Bagaimana pemerintah memastikan kesepakatan dagang ini adil dan menguntungkan bagi Indonesia, Pak Jokowi?

(Joko Widodo, Presiden RI): Pemerintah berkomitmen untuk memastikan kesepakatan dagang ini adil dan menguntungkan bagi Indonesia. Kami akan terus bernegosiasi dengan pihak AS untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan dan tidak merugikan kepentingan nasional.