Penemuan Mengejutkan! "Piramida" Bawah Air Indonesia Diduga Lebih Tua dari Piramida Mesir dan Stonehenge – Mengungkap Misteri Peradaban Kuno yang Terlupakan
Senin, 14 April 2025 oleh aisyiyah
'Piramida' Bawah Air di Jepang: Lebih Tua dari Piramida Mesir?
Bayangkan sebuah struktur megah, mirip piramida, menjulang setinggi 27 meter di bawah laut perairan Jepang. Struktur yang dikenal sebagai Monumen Yonaguni ini, terletak 24 meter di bawah permukaan laut dekat Kepulauan Ryukyu, telah menjadi pusat perdebatan sengit sejak penemuannya pada tahun 1986. Mungkinkah struktur ini, yang usianya diduga lebih tua dari Piramida Mesir dan Stonehenge, mengubah pemahaman kita tentang peradaban kuno?
Dengan tangga bersudut dan teras datar, Monumen Yonaguni tampak seperti reruntuhan kuil buatan manusia. Yang lebih mencengangkan, usianya diperkirakan lebih dari 10.000 tahun! Jika perkiraan ini akurat, bangunan ini mendahului Piramida Mesir dan Stonehenge selama ribuan tahun, menjadikannya kandidat kuat untuk bangunan tertua yang pernah dibangun manusia.
Para pendukung teori ini menyebut Yonaguni sebagai "Atlantis Jepang", bukti peradaban maju yang hilang sebelum era pertanian. Sebuah konsep revolusioner yang dapat menulis ulang sejarah peradaban manusia.
Namun, tidak semua orang sepakat. Perdebatan sengit terjadi antara penulis Graham Hancock dan arkeolog Flint Dibble di podcast Joe Rogan Experience. Dibble berpendapat bahwa formasi tersebut hanyalah fenomena alam: "Saya telah melihat banyak hal alam yang luar biasa dan saya tidak melihat apa pun di sini yang mengingatkan saya pada arsitektur manusia." Hancock membalas, menunjukkan fitur-fitur seperti tangga, megalit, lengkungan, dan bahkan ukiran wajah sebagai bukti rancangan cerdas. "Bagiku, Flint, sungguh menakjubkan bahwa kamu melihat itu sebagai hal yang benar-benar alami, tetapi kurasa kita hanya punya sudut pandang yang sangat berbeda."
Hancock membandingkan Yonaguni dengan Göbekli Tepe di Turki, salah satu bangunan tertua yang diketahui, yang berasal dari sekitar 9500 SM.
Ahli geologi Jepang, Masaaki Kimura, juga mendukung teori buatan manusia, bahkan berspekulasi bahwa monumen itu mungkin merupakan bagian dari benua yang hilang, Lemuria. Kimura memperkirakan formasi itu terbentuk 2.000 hingga 3.000 tahun lalu ketika permukaan laut lebih rendah.
Di sisi lain, Profesor Robert Schoch dari Boston University berpendapat bahwa bentuk unik Yonaguni terbentuk secara alami karena geologi dan stratigrafi batu pasir. "Batu pasir cenderung pecah di sepanjang bidang dan menghasilkan tepi yang sangat lurus, terutama di area dengan banyak patahan dan aktivitas tektonik," jelasnya.
Jadi, apakah Monumen Yonaguni merupakan kota hilang yang tenggelam atau keajaiban alam? Misteri ini masih belum terpecahkan, menunggu penelitian lebih lanjut untuk mengungkap kebenarannya.
Apakah ada bukti arkeologis yang mendukung klaim bahwa Monumen Yonaguni adalah buatan manusia, Pak Budi Santoso?
(Dijawab oleh Budi Santoso, Arkeolog Senior di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional)
Meskipun terdapat fitur-fitur yang menarik seperti teras dan sudut yang tampak seperti buatan manusia, bukti arkeologis yang konkret, seperti artefak atau sisa-sisa peradaban, masih minim. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan apakah struktur ini benar-benar hasil rekayasa manusia atau fenomena alam.