Makanan Asia Bakal Lenyap dari Supermarket AS Imbas Perang Tarif Trump Akankah Kita Terdampak?
Selasa, 22 April 2025 oleh aisyiyah
Makanan Asia Terancam Langka di Supermarket AS Akibat Perang Dagang
Bayangkan rak-rak supermarket di AS yang biasanya penuh dengan aneka makanan Asia, tiba-tiba kosong. Skenario ini mungkin bukan isapan jempol belaka. Perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Trump berpotensi membuat makanan impor dari Asia, khususnya China, lenyap dari peredaran.
Para pemilik supermarket dan toko kelontong di AS mulai mengeluh tentang lonjakan harga makanan impor setelah tarif 10 persen diberlakukan. Kenaikan harga ini diperkirakan akan semakin parah dengan adanya rencana penerapan tarif tambahan sebesar 145 persen terhadap produk-produk dari China.
"Kalau begini terus, dua bulan lagi mungkin barang-barang dari China sudah habis di pasaran," keluh Wu, Manajer Supermarket Chang Jiang di Queens, New York, seperti dilansir CNN.
Supermarket Chang Jiang, yang menyediakan berbagai bahan makanan segar Asia, mulai dari sayuran hingga camilan rumput laut, mayoritas mengandalkan produk impor dari China. Wu menjelaskan bahwa meskipun pabrik-pabrik di China belum menaikkan harga karena masih menghabiskan stok lama, kenaikan harga untuk stok baru tak terelakkan. Ia memperkirakan kenaikan harga bisa mencapai 50 persen.
Lebih parah lagi, beberapa pabrik di China bahkan berencana menghentikan pasokan ke AS sama sekali karena tarif yang terlalu tinggi. Kondisi ini dikhawatirkan akan memicu kelangkaan makanan Asia di supermarket-supermarket AS.
Tak hanya Chang Jiang, dampak perang dagang ini juga dirasakan oleh toko-toko lain yang menjual makanan impor, seperti H Mart (Korea Selatan), Patel Bros (India), dan 99 Ranch Market (berbagai produk Asia). Wing Hop Fung, toko yang menjual teh impor, rempah-rempah China, dan berbagai produk Asia lainnya di Arcadia, California, juga merasakan dampaknya.
"China adalah mitra dagang terbesar kami. Kenaikan tarif ini jelas merupakan ancaman bagi usaha kecil seperti kami," ungkap Lan Ong, anak pendiri Wing Hop Fung.
Konsumen Jadi Korban
Ironisnya, di tengah meningkatnya popularitas makanan internasional di AS, konsumenlah yang akhirnya menjadi korban. Riset Fortune Business Insight menunjukkan bahwa pasar makanan khas berbagai negara di AS terus berkembang. Permintaan diperkirakan akan mencapai US$153,2 miliar pada 2032. Namun, perang dagang ini berpotensi membuat makanan Asia tidak hanya langka, tetapi juga jauh lebih mahal.
Di Supermarket Chang Jiang, Wu bahkan sudah mulai memperingatkan pelanggannya untuk berbelanja selagi harga masih terjangkau.
"Saya sarankan semua orang berbelanja sekarang mumpung harga masih normal, karena nanti pasti akan melonjak," ujarnya.
Berikut beberapa tips untuk tetap menikmati makanan Asia favorit Anda di tengah potensi kenaikan harga dan kelangkaan:
1. Cek Harga di Beberapa Toko - Bandingkan harga di beberapa supermarket atau toko online untuk menemukan penawaran terbaik. Misalnya, bandingkan harga kecap asin di supermarket A, B, dan C.
2. Beli dalam Jumlah Besar (Jika memungkinkan) - Jika ada promo atau harga masih stabil, pertimbangkan untuk membeli bahan makanan tahan lama dalam jumlah besar. Misalnya, beras, mie kering, atau bumbu-bumbu.
3. Eksplorasi Produk Lokal - Cobalah mencari alternatif produk lokal yang mungkin memiliki rasa dan fungsi serupa. Misalnya, ganti sawi putih impor dengan sawi hijau lokal.
4. Manfaatkan Promo dan Diskon - Pantau promo dan diskon yang ditawarkan supermarket. Banyak supermarket menawarkan diskon khusus di hari-hari tertentu.
5. Berbelanja Online - Bandingkan harga dan ketersediaan produk di berbagai platform belanja online.
6. Tanam Sendiri (Jika memungkinkan) - Untuk beberapa bahan makanan seperti sayuran, pertimbangkan untuk menanam sendiri di rumah jika memungkinkan.
Bagaimana dampak perang dagang terhadap konsumen Indonesia di AS, Bu Sri Mulyani?
(Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI): Perang dagang dapat menyebabkan harga barang impor, termasuk makanan, menjadi lebih mahal. Hal ini tentu akan berdampak pada daya beli konsumen, termasuk warga Indonesia yang tinggal di AS. Pemerintah Indonesia terus memantau perkembangan ini dan berupaya menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Apa saran Bapak Sandiaga Uno untuk pengusaha makanan Indonesia yang mengekspor produknya ke AS?
(Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI): Para pengusaha harus jeli melihat peluang dan tantangan. Diversifikasi pasar ekspor menjadi sangat penting. Jangan hanya bergantung pada satu negara. Selain itu, inovasi produk dan peningkatan kualitas juga krusial agar tetap kompetitif.
Pak Ganjar Pranowo, apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada makanan impor?
(Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah): Kita perlu menggalakkan produksi pangan dalam negeri dan meningkatkan kualitas produk lokal. Dengan begitu, kita bisa mengurangi ketergantungan pada impor dan memperkuat ketahanan pangan nasional.
Ibu Tri Rismaharini, bagaimana cara membantu masyarakat menghadapi kenaikan harga makanan?
(Tri Rismaharini, Menteri Sosial RI): Pemerintah memiliki program-program bantuan sosial untuk membantu masyarakat yang rentan terdampak kenaikan harga. Selain itu, penting juga untuk mengoptimalkan distribusi pangan agar harga tetap stabil dan terjangkau.
Pak Anies Baswedan, apa dampak perang dagang ini terhadap hubungan Indonesia dan AS?
(Anies Baswedan, Akademisi): Perang dagang dapat menciptakan ketegangan dalam hubungan bilateral. Penting bagi kedua negara untuk mengedepankan dialog dan negosiasi untuk mencari solusi yang saling menguntungkan dan menjaga hubungan baik antar negara.