Kelas Menengah RI Makin Susah, Buktinya Terlihat di QRIS, Apa yang Terjadi?

Minggu, 20 April 2025 oleh aisyiyah

Kelas Menengah RI Makin Susah, Buktinya Terlihat di QRIS, Apa yang Terjadi?

Kelas Menengah Makin Tipis, Transaksi QRIS Ikut Lesu

Gelombang perubahan ekonomi sedang menerpa Indonesia. Kelas menengah, yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian, mengalami penyusutan. Hal ini tergambar dari lesunya transaksi QRIS di beberapa bank, sebuah indikasi perpindahan ke kelompok menengah rentan dan rentan miskin.

Data BPS menunjukkan penurunan jumlah kelas menengah dari 57,33 juta orang (21,45% dari total penduduk) di tahun 2019 menjadi 47,85 juta orang (17,13%) di tahun 2024. Artinya, hampir 10 juta orang turun kelas. Sebaliknya, kelompok menengah rentan justru bertambah, dari 48,20% menjadi 49,22% penduduk. Kelompok rentan miskin juga mengalami peningkatan signifikan, dari 20,56% menjadi 24,23%.

Bank Jatim (BJTM) mengamati penurunan transaksi QRIS yang cukup tajam antara Juni dan Agustus 2024. Dari Rp176,30 miliar di bulan Juni, angkanya merosot menjadi Rp127,91 miliar di Juli dan hanya sedikit naik ke Rp130,51 miliar di Agustus. Meskipun secara keseluruhan transaksi QRIS Bank Jatim masih tumbuh dalam delapan bulan terakhir, tren penurunan ini beriringan dengan deflasi inti yang terjadi selama empat bulan berturut-turut.

Tak hanya Bank Jatim, OK Bank Indonesia (DNAR) juga mencatat penurunan tabungan yang terhimpun sekitar 12% secara tahunan per 4 September 2024. Direktur Kepatuhan OK Bank, Efdinal Alamsyah, menjelaskan bahwa menurunnya daya beli membuat nasabah memprioritaskan kebutuhan pokok. "Pola transaksi pun berubah, misalnya penurunan transaksi hiburan atau restoran, sementara pembelian bahan makanan dan kebutuhan rumah tangga meningkat," ujarnya.

BJB (BJBR) juga merasakan dampaknya. Meskipun frekuensi transaksi masih tumbuh, nilai transaksi per nasabah menurun. Direktur Utama BJB, Yuddy Renaldi, mengilustrasikan, "Dengan uang Rp100 ribu, dulu mungkin bisa beli 10 barang, sekarang hanya 8-9 barang. Ini bukan soal jumlah uang yang dibelanjakan, tapi daya belinya yang tertekan inflasi."

Bahkan BCA (BBCA), bank swasta terbesar di Indonesia, juga terdampak. Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengakui bahwa kredit retail mengalami tekanan, meskipun transaksi QRIS dan debit belum terpengaruh. Namun, kredit konsumsi seperti KPR dan KKB tetap tumbuh berkat bunga yang rendah.

Di tengah kondisi ekonomi yang menantang, penting bagi kita untuk bijak mengelola keuangan. Berikut beberapa tips praktis:

1. Buat Anggaran Belanja - Catat semua pemasukan dan pengeluaran Anda. Pisahkan kebutuhan pokok, keinginan, dan tabungan. Contohnya, alokasikan 50% pendapatan untuk kebutuhan pokok, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan.

2. Prioritaskan Kebutuhan Pokok - Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Tahan diri untuk membeli barang-barang yang tidak terlalu penting. Misalnya, tunda dulu upgrade gadget jika gadget lama masih berfungsi dengan baik.

3. Cari Sumber Penghasilan Tambahan - Jika memungkinkan, cobalah mencari penghasilan tambahan, misalnya dengan berjualan online atau memanfaatkan hobi yang menghasilkan.

4. Investasi dengan Bijak - Jika memiliki dana lebih, pertimbangkan untuk berinvestasi. Pilih instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan Anda. Konsultasikan dengan ahli keuangan jika perlu.

Bagaimana cara membedakan kebutuhan dan keinginan, Pak Perry Warjiyo (Gubernur BI)?

Kebutuhan adalah hal-hal esensial untuk hidup, seperti makanan, tempat tinggal, dan pakaian. Keinginan adalah hal-hal yang kita inginkan, tetapi tidak penting untuk kelangsungan hidup, seperti gadget terbaru atau liburan mewah. Penting untuk memprioritaskan kebutuhan di atas keinginan, terutama di masa sulit.

Apa saran Ibu Sri Mulyani (Menteri Keuangan) untuk menghadapi penurunan daya beli, Bu?

Penting untuk bijak mengelola keuangan, memprioritaskan kebutuhan pokok, dan mencari sumber pendapatan tambahan. Pemerintah juga terus berupaya menciptakan lapangan kerja dan menjaga stabilitas harga.

Bagaimana cara memilih instrumen investasi yang tepat, Pak Airlangga Hartarto (Menko Perekonomian)?

Pahami profil risiko dan tujuan keuangan Anda. Konsultasikan dengan ahli keuangan untuk mendapatkan saran yang sesuai dengan kondisi Anda.

Apa dampak penurunan kelas menengah terhadap perekonomian, Pak Chatib Basri (Mantan Menteri Keuangan)?

Penurunan kelas menengah dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi karena konsumsi menurun. Hal ini dapat berdampak pada berbagai sektor usaha.

Apakah tren penurunan transaksi QRIS ini mengkhawatirkan, Bu Rosan Roeslani (Ketua KADIN)?

Tren ini perlu dicermati karena mencerminkan penurunan daya beli masyarakat. KADIN terus berkoordinasi dengan pemerintah dan pelaku usaha untuk mencari solusi.

Bagaimana tips menghemat pengeluaran sehari-hari, Bu Susi Pudjiastuti (Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan)?

Sederhana saja, kurangi jajan-jajan yang tidak perlu dan masak sendiri di rumah. Lebih sehat dan lebih hemat!