Inilah Sekjen KAJ Ungkap Peluang Kardinal Suharyo Jadi Paus, Hanya 0,0 Persen, harapan pupus seketika

Kamis, 8 Mei 2025 oleh aisyiyah

Inilah Sekjen KAJ Ungkap Peluang Kardinal Suharyo Jadi Paus, Hanya 0,0 Persen, harapan pupus seketika

Kardinal Suharyo Jadi Paus? Sekjen KAJ: Peluangnya Nyaris Nol!

Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, memiliki hak istimewa untuk ikut serta dalam pemilihan Paus baru. Sebagai seorang Kardinal di bawah usia 80 tahun, beliau memenuhi syarat sebagai elektor dalam Conclave yang baru-baru ini dimulai.

Proses Conclave, di mana para Kardinal dari seluruh dunia berkumpul untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik, memang penuh misteri dan kerahasiaan. Setiap Kardinal memiliki hak untuk menuliskan nama kandidat pilihan mereka dalam surat suara, dan seorang Paus terpilih harus mendapatkan dukungan dua pertiga suara.

Lalu, seberapa besar sebenarnya peluang Kardinal Suharyo untuk menduduki tahta tertinggi di Vatikan? Sekretaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Adi Prasojo, yang mendampingi Kardinal Suharyo ke Vatikan, memberikan jawaban yang cukup lugas.

Menurut Adi Prasojo, Kardinal Suharyo sendiri tidak memiliki ambisi pribadi untuk menjadi Paus. "Saya kira Bapak Kardinal Suharyo tidak punya ambisi apapun [untuk menjadi Paus]. Tidak punya pikiran apapun [ke arah untuk menjadi Paus]," ungkap Adi kepada CNNIndonesia.com.

Bahkan, ketika ditanya oleh wartawan mengenai kemungkinan terpilih, Kardinal Suharyo menjawab dengan tegas, "Kalau ditanya wartawan disini kan dia [jurnalis] tanya kemungkinannya beliau [Kardinal Suharyo) terpilih 0,0 persen. Beliau bilang begitu." Jawaban senada juga diungkapkan oleh Kardinal Suharyo dalam kesempatan lain, seperti yang dikutip oleh akun Instagram KAJ, "Sama sekali tidak. [Kemungkinannya] nol koma nol."

Sebelum Conclave resmi dimulai, para Kardinal mengadakan serangkaian pertemuan pra-Conclave. Setelah pertemuan tersebut, awak media berusaha mendapatkan komentar dari para Kardinal mengenai peluang mereka terpilih dan profil calon Paus ideal.

Saat ini, Kardinal Suharyo tengah menjalankan tugasnya dalam Conclave. Proses ini berlangsung secara tertutup dan sangat rahasia. Para Kardinal telah disumpah untuk menjaga kerahasiaan selama proses berlangsung dan dilarang menggunakan alat komunikasi apa pun untuk menghindari intervensi dari luar. Tempat tinggal mereka pun diisolasi sepenuhnya.

Adi Prasojo berharap agar Paus yang terpilih nanti adalah sosok terbaik bagi Gereja Katolik. Beliau juga menyampaikan harapan Kardinal Suharyo agar Paus yang baru dapat membawa Gereja semakin relevan dan signifikan di tengah tantangan dunia modern.

"Kurang lebih juga sudah diceritakan beliau kepada kami para Kardinal berharap Paus yang baru ini betul-betul membawa gereja semakin relevan dan signifikan di tengah dunia sekarang," jelas Adi. Hal ini mengindikasikan bahwa Gereja Katolik membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki keterbukaan dan pandangan progresif, seperti yang ditunjukkan oleh Paus Fransiskus.

"Jadi kita bisa menebak lah kira-kira Pausnya seperti apa, bukan dari kelompok konservatif atau tradisionalis," tambah Adi.

Conclave kali ini diikuti oleh 133 Kardinal elektor, yang sebagian besar berasal dari negara-negara berkembang (Global South). Beberapa nama yang sering disebut sebagai kandidat potensial Paus antara lain Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina dan Kardinal Pietro Parolin dari Italia. Kedua tokoh ini dikenal sebagai sosok yang progresif dan memiliki pandangan yang terbuka.

Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa Paus yang terpilih justru adalah sosok yang tidak banyak dikenal oleh publik. Kita tunggu saja hasil akhirnya!

Pemilihan Paus adalah momen penting bagi umat Katolik di seluruh dunia. Agar kita bisa lebih memahami dan menghayati proses ini, berikut adalah beberapa tips yang bisa kita ikuti:

1. Pelajari tentang Conclave - Cari tahu bagaimana Conclave berlangsung, siapa saja yang terlibat, dan apa saja aturan yang berlaku. Memahami prosesnya akan membuat kita lebih menghargai hasilnya.

Misalnya, kita bisa membaca artikel-artikel di situs web resmi Vatikan atau menonton video dokumenter tentang Conclave.

2. Doakan para Kardinal - Para Kardinal yang memilih Paus membutuhkan bimbingan Roh Kudus. Mari kita doakan agar mereka dapat memilih pemimpin yang terbaik bagi Gereja.

Kita bisa mendaraskan doa khusus untuk pemilihan Paus atau menyertakan intensi ini dalam doa-doa harian kita.

3. Ikuti berita dari sumber terpercaya - Dapatkan informasi tentang Conclave dari sumber-sumber berita Katolik yang kredibel dan hindari menyebarkan informasi yang belum terverifikasi.

Situs web Vatikan, kantor berita Katolik, dan media-media mainstream yang memiliki reputasi baik adalah sumber informasi yang bisa diandalkan.

4. Pahami tantangan Gereja Katolik - Paus yang baru akan menghadapi berbagai tantangan kompleks. Cobalah untuk memahami isu-isu penting yang dihadapi Gereja saat ini.

Misalnya, kita bisa membaca tentang isu-isu keadilan sosial, dialog antar agama, atau krisis lingkungan hidup.

5. Teladani Paus Fransiskus - Paus Fransiskus telah memberikan contoh kepemimpinan yang rendah hati, penuh kasih, dan berpihak pada kaum miskin. Mari kita teladani nilai-nilai ini dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kita bisa membaca ensiklik-ensiklik Paus Fransiskus atau mengikuti kegiatan-kegiatan sosial yang diinspirasi oleh ajaran-ajarannya.

6. Terima hasil Conclave dengan iman - Siapa pun yang terpilih menjadi Paus, mari kita terima dengan iman dan dukungan. Ingatlah bahwa Roh Kudus bekerja melalui proses ini.

Setelah Paus baru terpilih, mari kita doakan agar beliau diberikan kekuatan dan kebijaksanaan untuk memimpin Gereja.

Apakah semua Kardinal bisa dipilih menjadi Paus, menurut Bapak Budi?

Menurut Romo Dr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC (Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI), secara teoritis, setiap laki-laki Katolik yang sudah dibaptis dan memenuhi syarat dapat dipilih menjadi Paus. Namun, dalam praktiknya, yang dipilih biasanya adalah Kardinal.

Apa yang terjadi jika tidak ada Kardinal yang mendapatkan dua pertiga suara, Bu Sinta?

Menurut Ibu Dra. Maria Hartiningsih, M.Si (Pengamat Vatikan dan Dosen Ilmu Komunikasi), jika setelah beberapa kali pemungutan suara tidak ada Kardinal yang mendapatkan dua pertiga suara, maka para Kardinal akan berdiskusi dan mencari solusi bersama. Bisa jadi mereka akan memilih kandidat yang paling mungkin atau mencari jalan tengah yang dapat diterima oleh semua pihak.

Mengapa Conclave diadakan secara tertutup, Mas Joko?

Menurut Bapak Dr. Agus Ulinuha (Dosen Teologi dan Filsafat), Conclave diadakan secara tertutup untuk memastikan bahwa para Kardinal dapat membuat keputusan dengan bebas, tanpa tekanan atau intervensi dari pihak luar. Kerahasiaan ini penting untuk menjaga integritas proses pemilihan Paus.

Apa saja tantangan yang akan dihadapi Paus yang baru, Mbak Rina?

Menurut Suster Dr. Valentina Sagala, SSpS (Pakar Teologi Kontekstual), Paus yang baru akan menghadapi berbagai tantangan kompleks, seperti krisis kepercayaan akibat skandal pelecehan seksual, isu-isu keadilan sosial, dialog antar agama, dan krisis lingkungan hidup. Beliau harus mampu memimpin Gereja dalam menghadapi tantangan-tantangan ini dengan bijaksana dan berani.

Bagaimana kita sebagai umat Katolik dapat mendukung Paus yang baru, Dik Dimas?

Menurut Bapak Dr. Haryono (Aktivis Katolik dan Praktisi Pendidikan), kita sebagai umat Katolik dapat mendukung Paus yang baru dengan mendoakannya, mengikuti ajarannya, dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan Gereja. Kita juga bisa mendukungnya dengan menjadi saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari dan mewujudkan nilai-nilai Injil dalam tindakan kita.