Inilah Alasan Utama Kenapa Uni Eropa Sulit Melepas Ketergantungan dari Impor Gas Rusia secara Total demi Stabilitas Ekonomi Eropa

Sabtu, 10 Mei 2025 oleh aisyiyah

Inilah Alasan Utama Kenapa Uni Eropa Sulit Melepas Ketergantungan dari Impor Gas Rusia secara Total demi Stabilitas Ekonomi Eropa

Kenapa Eropa Masih Berat Lepas dari Gas Rusia? Target 2027, Mungkinkah?

Setelah berdebat panjang soal impor gas alam cair (LNG) Rusia yang terus meningkat, Komisi Eropa akhirnya menetapkan target ambisius: mengakhiri ketergantungan Uni Eropa (UE) pada bahan bakar fosil Rusia pada tahun 2027. Sebuah peta jalan telah diumumkan, menjanjikan perubahan signifikan dalam lanskap energi Eropa.

Komisaris Energi Uni Eropa, Dan Jrgensen, memperkenalkan rencana ini di Strasbourg pada Selasa, 6 Mei 2025. Tujuannya jelas: mengubah janji politik menjadi sebuah kewajiban hukum yang tak bisa diganggu gugat.

"Kami berhasil menyusun paket legislasi yang akan memastikan gas Rusia hilang dari bauran energi UE," tegas Jrgensen. Rencananya melibatkan dua tahap utama: larangan kontrak gas baru dengan Rusia mulai akhir 2025, dan penghapusan total semua impor yang tersisa pada tahun 2027. Namun, dengan aliran gas Rusia yang masih deras dan perpecahan internal yang semakin dalam, banyak ahli yang meragukan realisasi target tersebut.

Lonjakan Impor LNG Rusia: Ironi di Tengah Sanksi

Fakta yang mencengangkan adalah, rencana ini muncul justru saat impor LNG Rusia ke UE melonjak. Data dari Eurostat menunjukkan peningkatan sebesar 18% pada tahun 2024. UE bahkan menggelontorkan €23 miliar untuk membeli bahan bakar fosil Rusia tahun itu, secara tidak langsung mendukung anggaran perang Kremlin. Peta jalan baru ini bertujuan untuk memutus aliran dana tersebut.

Pawel Czyzak, seorang peneliti di lembaga think-tank energi Ember, menilai rencana Komisi UE ini sebagai upaya untuk menghidupkan kembali momentum politik yang mulai melambat. Menurutnya, melepaskan diri dari minyak dan gas Rusia adalah tantangan yang sangat kompleks. "Sangat sulit bagi Eropa untuk benar-benar berpisah dari pasokan energi Rusia," ungkap Czyzak.

Meskipun pangsa gas Rusia dalam bauran energi UE telah menurun, Czyzak mencatat bahwa gas Rusia masih menyumbang 17,5–19% dari total impor pada tahun 2024. UE dihadapkan pada dilema: di satu sisi, ancaman keamanan dari Rusia pasca-invasi Ukraina mendorong seruan untuk memutuskan hubungan energi; di sisi lain, gangguan pasar energi global oleh Rusia sejak 2021 telah memicu lonjakan harga energi dan krisis biaya hidup.

Kebijakan Energi yang Belum Konsisten

Hingga saat ini, LNG belum termasuk dalam paket sanksi UE terhadap Rusia. Pada Maret 2025, Komisi menerapkan peraturan yang melarang pengiriman ulang LNG Rusia melalui pelabuhan Eropa ke negara-negara non-UE. Namun, impor LNG Rusia untuk konsumsi domestik Eropa tetap diizinkan, dan beberapa negara terus memanfaatkannya.

Data dari European LNG Tracker yang dikelola oleh Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menunjukkan bahwa LNG Rusia masuk ke Eropa terutama melalui Prancis, Belgia, dan Spanyol. Prancis bahkan meningkatkan impor LNG Rusia sebesar 81% pada tahun 2024, dengan nilai mencapai €2,68 miliar.

Ana Maria Jaller-Makarewicz, analis energi di IEEFA, mengungkapkan "kekhawatiran" bahwa Prancis membeli LNG, meregasifikasinya, dan mengekspornya kembali ke negara-negara tetangga. "Setelah berada dalam jaringan, Anda tidak bisa melacaknya. Ini menguntungkan baik eksportir maupun pembeli," jelasnya. Dengan kata lain, gas Rusia berpotensi dilabeli ulang sebagai gas Eropa setelah masuk ke dalam sistem.

Mencari Jalan Keluar: Diversifikasi atau Pengurangan Konsumsi?

Realitas ini mempersulit implementasi rencana REPowerEU 2022, yang bertujuan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil Rusia, meningkatkan energi terbarukan, dan mendiversifikasi sumber pasokan. Pawel Czyzak menilai bahwa UE justru bergerak ke arah yang salah dalam hal impor gas. "Apa yang telah dilakukan UE adalah beralih dari satu pemasok berisiko ke yang lain," katanya.

Saat ini, LNG dari Amerika Serikat mendominasi pasokan UE. Namun, Czyzak mempertanyakan keandalannya. "AS menggunakan posisinya yang kuat untuk menekan Eropa agar membeli gas – dan bahkan mengancam tarif jika tidak mematuhi," ujarnya. "Sejak pelantikan Donald Trump, sulit untuk menilai apakah AS masih bisa dianggap sebagai mitra yang dapat diandalkan."

Komisaris UE Jrgensen tidak sependapat. Menurutnya, "Sulit menemukan pasokan di dunia yang seburuk Rusia."

Terlepas dari upaya mencari sumber gas alternatif, harga energi di Eropa tetap tinggi. Pada tahun 2024, harga gas di benua itu naik sebesar 59%, dengan tolok ukur TTF (Title Transfer Facility) naik dari €30 menjadi €48 per megawatt-jam (MWh). Meskipun harga telah menurun baru-baru ini, mereka masih jauh di atas tingkat sebelum perang.

Alih-alih mengganti gas Rusia dengan importir lain, kedua ahli sepakat bahwa UE harus mengurangi konsumsi gas secara keseluruhan. Meskipun mengurangi kebutuhan energi untuk industri dinilai sulit, Jaller-Makarewicz melihat "potensi nyata untuk pengurangan besar di level rumah tangga."

Analis IEEFA berpendapat bahwa "langkah awal yang baik" adalah membangun lebih banyak rumah hemat energi. Kebijakan ini akan mengurangi permintaan gas untuk pemanasan, yang merupakan bagian besar dari konsumsi gas, serta promosi panel surya untuk rumah-rumah di Eropa.

Namun, reformasi hijau memerlukan dukungan publik. Peta jalan Komisi UE kini berada di tangan negara-negara anggota. Meskipun hanya diperlukan suara mayoritas yang memenuhi syarat, risiko politiknya jelas. Negara-negara seperti Hungaria, Slovakia, dan Austria telah menentang langkah serupa di masa lalu.

Di balik layar, pembicaraan tentang gencatan senjata yang ditengahi AS dalam perang Ukraina telah mencakup diskusi tentang pelonggaran sanksi untuk Rusia, yang dapat melemahkan tekad UE.

Oleh karena itu, Jaller-Makarewicz menekankan perlunya kerja sama dalam UE dalam hal energi. "Hanya jika negara-negara anggota berhasil bersatu, blok tersebut dapat memperkuat persatuan sambil menawarkan keamanan pasokan."

Ingin turut berkontribusi mengurangi ketergantungan Eropa pada gas dan sekaligus menghemat pengeluaran bulanan? Yuk, simak beberapa tips praktis yang bisa langsung kamu terapkan di rumah:

1. Investasi pada Isolasi Rumah yang Baik - Pastikan rumahmu memiliki isolasi yang baik di dinding, atap, dan lantai. Isolasi yang baik akan menjaga suhu ruangan tetap stabil, sehingga mengurangi kebutuhan akan pemanas atau pendingin ruangan. Misalnya, kamu bisa menambahkan lapisan insulasi pada loteng atau mengganti jendela dengan yang berinsulasi ganda.

Investasi ini memang membutuhkan biaya awal, tetapi dalam jangka panjang akan menghemat banyak energi dan uang.

2. Gunakan Lampu LED - Lampu LED jauh lebih hemat energi dibandingkan lampu pijar atau lampu neon. Selain itu, lampu LED juga memiliki umur yang lebih panjang, sehingga kamu tidak perlu sering menggantinya. Bayangkan, mengganti semua lampu di rumah dengan LED bisa menghemat hingga 75% energi untuk penerangan!

Jangan lupa matikan lampu saat tidak digunakan ya!

3. Atur Suhu Pemanas/Pendingin Ruangan dengan Bijak - Jangan terlalu memaksakan suhu ekstrem pada pemanas atau pendingin ruanganmu. Setiap derajat Celsius yang kamu kurangi (untuk pemanas) atau naikkan (untuk pendingin ruangan) bisa menghemat energi secara signifikan. Misalnya, saat musim dingin, setel suhu pemanas di sekitar 20-22 derajat Celsius saja.

Gunakan timer agar pemanas atau pendingin ruangan otomatis mati saat kamu tidur atau tidak berada di rumah.

4. Manfaatkan Energi Matahari - Jika memungkinkan, pasang panel surya di atap rumahmu. Panel surya akan menghasilkan listrik gratis dari energi matahari. Listrik ini bisa kamu gunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga, seperti penerangan, peralatan elektronik, dan bahkan pemanas air. Program subsidi pemerintah seringkali tersedia untuk pemasangan panel surya.

Selain itu, jemur pakaian di bawah sinar matahari langsung. Ini akan menghemat energi yang digunakan oleh mesin pengering.

5. Kurangi Penggunaan Air Panas - Pemanas air adalah salah satu konsumen energi terbesar di rumah tangga. Kurangi penggunaan air panas dengan mandi lebih singkat, mencuci pakaian dengan air dingin (jika memungkinkan), dan memperbaiki keran yang bocor. Mengganti shower head dengan yang hemat air juga bisa membantu.

Ingat, setiap tetes air panas yang terbuang adalah energi yang terbuang.

6. Beli Peralatan Elektronik yang Hemat Energi - Saat membeli peralatan elektronik baru, perhatikan label energi. Pilih peralatan dengan rating energi yang tinggi (misalnya, label "Energy Star"). Peralatan ini dirancang untuk mengonsumsi lebih sedikit energi dibandingkan peralatan konvensional. Misalnya, kulkas dengan rating A+++ akan jauh lebih hemat energi dibandingkan kulkas dengan rating C.

Jangan lupa cabut charger HP atau laptop dari stop kontak setelah selesai digunakan. Charger yang tetap terhubung meskipun tidak digunakan tetap mengonsumsi energi.

Mengapa Uni Eropa sulit melepaskan diri dari impor gas Rusia, menurut pandangan Bapak Budi?

Menurut Bapak Budi Santoso, seorang pengamat ekonomi energi, kesulitan Uni Eropa melepaskan diri dari gas Rusia disebabkan oleh kombinasi faktor, termasuk infrastruktur yang sudah ada, harga gas Rusia yang kompetitif, dan kontrak jangka panjang yang sulit diputus. "Selain itu, transisi ke energi terbarukan membutuhkan waktu dan investasi yang besar," ujarnya.

Apa dampak lonjakan impor LNG Rusia ke Uni Eropa terhadap anggaran perang Kremlin, menurut Ibu Ani?

Ibu Ani Kartika, seorang analis kebijakan luar negeri, menjelaskan bahwa lonjakan impor LNG Rusia ke Uni Eropa secara langsung memberikan kontribusi signifikan terhadap anggaran perang Kremlin. "Setiap euro yang dibayarkan untuk gas Rusia membantu membiayai operasi militer dan memperkuat rezim Putin," tegasnya.

Bagaimana pendapat Mas Joko mengenai rencana Uni Eropa untuk menghapus impor gas Rusia pada tahun 2027?

Mas Joko Susilo, seorang aktivis lingkungan, menyatakan skeptisisme terhadap rencana Uni Eropa untuk menghapus impor gas Rusia pada tahun 2027. "Target ini ambisius, tetapi tanpa komitmen yang kuat dan tindakan nyata, hanya akan menjadi janji kosong," ujarnya. Ia menekankan pentingnya percepatan transisi ke energi terbarukan dan efisiensi energi.

Apa saja tantangan utama dalam diversifikasi sumber energi Uni Eropa, menurut Mbak Rina?

Mbak Rina Dewi, seorang pakar energi terbarukan, mengidentifikasi beberapa tantangan utama dalam diversifikasi sumber energi Uni Eropa, termasuk biaya infrastruktur yang tinggi, masalah intermitensi energi terbarukan (seperti angin dan matahari), dan ketergantungan pada negara-negara pemasok baru yang mungkin tidak lebih stabil daripada Rusia. "Diperlukan strategi diversifikasi yang komprehensif dan berkelanjutan," katanya.

Apa peran konsumen dalam mengurangi ketergantungan Uni Eropa pada gas Rusia, menurut Pak Herman?

Menurut Pak Herman Wijaya, seorang konsultan energi, konsumen memainkan peran penting dalam mengurangi ketergantungan Uni Eropa pada gas Rusia. "Dengan mengadopsi gaya hidup hemat energi, seperti menggunakan peralatan elektronik yang efisien, mengisolasi rumah dengan baik, dan mengurangi penggunaan air panas, konsumen dapat secara signifikan mengurangi permintaan gas dan membantu mempercepat transisi ke energi yang lebih berkelanjutan," jelasnya.