Gawat! 12 Perusahaan Raksasa Global Tumbang, Termasuk Kesayangan Masyarakat Indonesia! Siapa Saja?
Selasa, 8 April 2025 oleh aisyiyah
12 Perusahaan Raksasa Dunia Bangkrut, Ada Favorit Warga RI
Tahun 2024 sepertinya menjadi tahun yang berat bagi sejumlah perusahaan raksasa dunia. Bayangkan, beberapa nama besar terpaksa gulung tikar! Kondisi ekonomi global yang kurang stabil membuat daya beli masyarakat menurun, akhirnya banyak bisnis yang megap-megap mempertahankan pendapatan dan keuntungan.
CNN International, mengutip data dari perusahaan penempatan kerja Challenger, Gray & Christmas, melaporkan setidaknya 19 perusahaan telah mengajukan kebangkrutan dan merumahkan sekitar 14.000 karyawan. Sektor ritel khususnya, mengalami pukulan telak. Setelah sempat berjaya di tahun 2021 dan 2022, di mana masyarakat berbondong-bondong membeli furnitur, elektronik, dan pakaian, kini penjualan merosot tajam. Riset dari CoreSight Research menunjukkan lebih dari 7.100 toko tutup hingga akhir November, melonjak 69% dibanding tahun lalu.
Tapi, jangan keburu panik! Pengajuan kebangkrutan bukan berarti kiamat bagi sebuah perusahaan. Banyak yang justru memanfaatkan momen ini untuk menata ulang strategi bisnis, merestrukturisasi utang, dan mengefisienkan operasional dengan menutup beberapa cabang.
Berikut beberapa kasus kebangkrutan paling menonjol di tahun 2024:
- Big Lots: Pengecer diskon ini terpaksa menutup seluruh 963 tokonya setelah kesepakatan penjualan ke firma ekuitas swasta gagal.
- (Perusahaan alat gym): Perusahaan alat gym rumahan ini sempat bangkrut di bulan Maret, namun berhasil diselamatkan oleh perusahaan asal Taiwan yang mengakuisisi asetnya.
- (Merek tren di mal): Salah langkah dalam menentukan produk membuat merek ini kehilangan daya tarik. Hampir 100 tokonya ditutup sebelum akhirnya dijual ke konsorsium WHP Global.
- Joann: Pengecer kain dan kerajinan ini menjadi korban penghematan masyarakat. Meski sahamnya dihapus dari Nasdaq, 850 tokonya tetap beroperasi.
- (Lumber Liquidators): Lesunya pasar properti membuat pengecer perlengkapan rumah ini goyah. Namun, sebuah firma ekuitas swasta datang sebagai penyelamat.
- Party City: Inflasi dan utang yang menumpuk memaksa Party City menutup sekitar 700 tokonya di awal 2025.
- Red Lobster: Jaringan restoran seafood terbesar di dunia ini sempat terseok-seok karena kurangnya inovasi. Setelah menutup beberapa lokasi dan berganti kepemimpinan, Red Lobster bangkit kembali.
- Spirit Airlines: Maskapai berbiaya rendah ini terbebani oleh kerugian, utang, dan persaingan ketat. Proses kebangkrutan diharapkan dapat menyehatkan kembali keuangan mereka.
- Stoli Group USA: Penurunan permintaan minuman keras, serangan siber, dan masalah hukum menjadi pukulan telak bagi pemilik merek vodka terkenal ini.
- TGI Fridays: Jaringan restoran kasual ini terdampak pandemi dan terpaksa mengajukan kebangkrutan untuk mencari strategi bertahan hidup.
- True Value: Merek peralatan rumah tangga berusia 75 tahun ini menjual sebagian besar operasinya kepada pesaing akibat pasar perumahan yang lesu.
- Tupperware: Merek wadah penyimpanan makanan ikonik ini berhasil diselamatkan oleh firma ekuitas swasta setelah berjuang melawan penurunan popularitas dan masalah keuangan.
Kabar baiknya, Tupperware berhasil lolos dari kebangkrutan! Hakim menyetujui kesepakatan penjualan merek dan asetnya senilai US$23,5 juta tunai dan US$63 juta dalam bentuk keringanan utang. Wow!
Intellizence terus memantau pengajuan kebangkrutan dan likuidasi perusahaan-perusahaan besar, terutama di Amerika Serikat, pada kuartal pertama 2025. Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.