Ketahui! Orangtua Murid Adukan Dedi Mulyadi ke Komnas HAM, Siswa Dikirim ke Barak Militer, Tindakan Dipertanyakan demi keamanan anak,anak
Minggu, 11 Mei 2025 oleh aisyiyah
Kebijakan Kirim Siswa ke Barak Militer Berujung Laporan ke Komnas HAM
Kebijakan yang diambil oleh mantan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, terkait pengiriman siswa yang dianggap bermasalah ke barak militer, kini menjadi sorotan tajam. Kebijakan ini, yang bertujuan untuk mendisiplinkan dan membina karakter siswa, justru menuai kontroversi dan berujung pada laporan ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Adhel Setiawan, seorang orang tua murid sekaligus pengacara dari kantor hukum Defacto & Partners Law Office, secara resmi melaporkan Dedi Mulyadi ke Komnas HAM. Adhel menilai bahwa kebijakan tersebut tidak hanya melanggar hak asasi manusia, tetapi juga menyimpang dari tujuan utama pendidikan yang seharusnya memanusiakan manusia.
"Sebagai orang tua murid, saya sangat tidak setuju dengan kebijakan ini. Kami merasa kebijakan ini mengandung dugaan pelanggaran HAM dan harus dihentikan," tegas Adhel pada hari Jumat, 9 Mei 2025.
Alasan Penolakan Kebijakan Pengiriman Siswa ke Barak Militer
Adhel mengungkapkan tiga alasan utama yang mendasari penolakannya terhadap kebijakan kontroversial ini:
- Bertentangan dengan Esensi Pendidikan: Menurut Adhel, pendekatan militeristik bertentangan dengan filosofi pendidikan yang seharusnya berfokus pada pengembangan potensi dan bakat siswa. "Pendidikan itu tujuannya memanusiakan manusia. Anak didik itu subjek yang harus dibimbing, bukan objek yang harus dibentuk secara paksa," jelasnya. Ia menambahkan bahwa kenakalan siswa seringkali disebabkan karena kurangnya ruang untuk didengar, dan ini menjadi tanggung jawab guru, orang tua, serta pemerintah.
- Kurikulum dan Potensi Kekerasan: Adhel mempertanyakan kurikulum yang digunakan dalam pelatihan militer tersebut. Ia khawatir akan adanya potensi kekerasan atau intimidasi yang dapat berdampak negatif pada psikologis siswa. Selain itu, ia juga meragukan efektivitas kebijakan ini dalam menyelesaikan masalah kenakalan remaja secara jangka panjang.
- Penyalahgunaan Wewenang: Adhel menduga bahwa Dedi Mulyadi telah menyalahgunakan wewenangnya sebagai Gubernur karena tidak ada dasar hukum yang jelas yang membenarkan keterlibatan militer secara langsung dalam pendidikan siswa. "Tidak ada satu pun payung hukum yang membolehkan militer ikut andil menyelesaikan permasalahan kenakalan remaja," tegasnya. Ia menambahkan bahwa kebijakan ini cenderung melanggar HAM dan melampaui kewenangan seorang Gubernur.
Penjelasan Dedi Mulyadi Terkait Kebijakannya
Menanggapi berbagai kritikan, Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa program pengiriman siswa ke barak militer merupakan respons terhadap permintaan orang tua yang sudah merasa kewalahan menghadapi anak-anak mereka yang bermasalah dan cenderung melakukan tindakan kriminal.
"Siswa yang dikirim adalah mereka yang sudah tidak mampu lagi dididik oleh orang tuanya di rumah. Jika orang tua tidak menyerahkan, kami tidak akan menerima," ujar Dedi.
Dedi juga mengklaim bahwa para siswa yang mengikuti program ini merasa senang dan mendapatkan manfaat positif. "Gimana gak happy? Gizinya cukup, istirahat cukup, olahraganya cukup, sistem pembelajaran di sekolah juga cukup," katanya.
Menariknya, kebijakan ini justru mendapatkan dukungan dari Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) saat itu, Natalius Pigai. Ia menilai bahwa program tersebut tidak melanggar HAM dan justru bertujuan untuk mendidik mental, karakter, disiplin, serta tanggung jawab siswa.
"Menurut saya, di Jawa Barat itu bukan corporal punishment, tapi mereka mau dididik mental, karakter, dan disiplin, serta tanggung jawab," ujar Pigai. Ia bahkan menyarankan agar program serupa diterapkan secara nasional jika terbukti efektif.
"Kami meminta menteri Dikdasmen untuk mengeluarkan sebuah peraturan supaya ini bisa dijalankan secara masif di seluruh Indonesia kalau bagus," pungkas Pigai.
Kenakalan remaja memang menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dan pendidik. Tapi, jangan khawatir! Ada banyak cara positif untuk membantu mereka melewati masa sulit ini. Yuk, simak tips berikut!
1. Bangun Komunikasi yang Terbuka - Cobalah untuk menjadi pendengar yang baik bagi anak remaja Anda. Ciptakan suasana di mana mereka merasa nyaman untuk berbagi masalah dan perasaan mereka tanpa takut dihakimi. Misalnya, saat anak Anda pulang terlambat, alih-alih langsung memarahi, tanyakan apa yang terjadi dan dengarkan penjelasannya dengan sabar.
2. Tawarkan Alternatif Kegiatan Positif - Ajak anak remaja Anda untuk terlibat dalam kegiatan yang mereka sukai, seperti olahraga, seni, musik, atau kegiatan sosial. Ini bisa membantu mereka menyalurkan energi secara positif dan menjauhkan mereka dari pergaulan yang kurang baik. Contohnya, jika anak Anda suka bermain musik, daftarkan mereka ke les musik atau ajak mereka bergabung dengan band sekolah.
3. Tetapkan Batasan yang Jelas dan Konsisten - Penting untuk menetapkan aturan dan batasan yang jelas, namun tetap fleksibel. Jelaskan alasan di balik aturan tersebut dan pastikan anak remaja Anda memahami konsekuensi jika melanggarnya. Misalnya, tetapkan jam malam yang jelas dan jelaskan mengapa hal ini penting untuk keselamatan mereka. Jika mereka melanggar, berikan sanksi yang sesuai, seperti mengurangi waktu bermain gadget.
4. Libatkan Profesional Jika Diperlukan - Jika Anda merasa kesulitan untuk mengatasi kenakalan remaja anak Anda, jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional, seperti psikolog atau konselor. Mereka dapat memberikan bimbingan dan dukungan yang dibutuhkan untuk membantu anak Anda mengatasi masalahnya. Contohnya, jika anak Anda menunjukkan tanda-tanda depresi atau kecemasan, segera konsultasikan dengan psikolog anak.
Apakah kebijakan mengirim siswa ke barak militer melanggar HAM menurut pendapat Bapak Bambang?
Menurut Natalius Pigai, mantan Menteri HAM, kebijakan tersebut tidak melanggar HAM jika tujuannya adalah untuk mendidik mental, karakter, disiplin, dan tanggung jawab siswa. Namun, penting untuk memastikan bahwa dalam pelaksanaannya tidak terjadi kekerasan atau intimidasi yang dapat merugikan siswa.
Apa alasan utama Ibu Siti menolak kebijakan pengiriman siswa ke barak militer?
Adhel Setiawan, seorang orang tua murid dan pengacara, menolak kebijakan ini karena menilai bahwa pendekatan militeristik bertentangan dengan esensi pendidikan yang seharusnya memanusiakan manusia dan mengembangkan potensi siswa. Ia juga khawatir akan potensi kekerasan dan penyalahgunaan wewenang.
Bagaimana tanggapan Bapak Joko terhadap kritikan mengenai kebijakan ini?
Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa kebijakan ini merupakan respons terhadap permintaan orang tua yang sudah kewalahan menghadapi anak-anak mereka yang bermasalah. Ia juga mengklaim bahwa para siswa yang mengikuti program ini merasa senang dan mendapatkan manfaat positif.
Apakah ada dasar hukum yang membolehkan militer terlibat langsung dalam pendidikan siswa menurut pendapat Ibu Ani?
Menurut Adhel Setiawan, tidak ada dasar hukum yang jelas yang membenarkan keterlibatan militer secara langsung dalam pendidikan siswa. Ia menduga bahwa kebijakan ini merupakan penyalahgunaan wewenang oleh Dedi Mulyadi sebagai Gubernur Jawa Barat.
Apa saran Bapak Budi jika kebijakan ini terbukti efektif?
Natalius Pigai menyarankan agar program serupa diterapkan secara nasional jika terbukti efektif. Ia juga meminta Menteri Dikdasmen untuk mengeluarkan peraturan yang memungkinkan program ini dijalankan secara masif di seluruh Indonesia.
Menurut Ibu Rina, apa yang sebaiknya dilakukan jika orang tua merasa kesulitan mengatasi kenakalan remaja?
Jika orang tua merasa kesulitan untuk mengatasi kenakalan remaja, sangat disarankan untuk mencari bantuan dari profesional seperti psikolog atau konselor. Mereka dapat memberikan bimbingan dan dukungan yang dibutuhkan untuk membantu anak mengatasi masalahnya. Ini adalah saran umum dari banyak ahli pendidikan dan psikologi anak.